Susu

Bismillah,

SEORANG Emak yang luar biasa akan menyusukan anaknya. Jika tak mampu menyusukan dari sumber air susu di tubuhnya, Emak tetap akan memenuhi kebutuhan gisi dari air susu hewan halal. Sumber gizi terbaik untuk balita sesuai Al Quran adalah air susu ibu (ASI). ASI merupakan sumber kasih sayang, cinta kasih, simpati, dan belas kasih Emak kepada kita. Melalui ASI, Emak memberikan semangat tentang kehidupan. Kahlil Gibran dalam puisinya berjudul Ibu menulis: Ibu adalah segalanya, dialah penghibur dalam kesedihan/Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan/Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati, dan pengampunan. ASI Emak itulah penghibur, harapan, dan kekuatan dalam kehidupan kita.

Emak memancarkan penawar dari ASI-nya. Kata Chairil Anwar dalam sajaknya berjudul Ibu: Setiap kali aku dalam kesakitan/ Dia ubati dengan penawar dan semangat. ASI adalah obat. ASI adalah vitalitas. Ketika Emak menyusukan sambil mendekap anaknya, saat itulah Emak memberikan penawar lahir batin. W.S. Rendra dalam sajaknya berjudul Ibunda melukiskan peranan ASI penuh metafora: Mengenang ibu adalah mengenangkan buah-buahan/ …. Dan Ibu adalah pelengkap sempurna/ Kenduri besar kehidupan/ Mengingat ibu, aku melihat janji baik kehidupan. Kata Mustofa Bisri dalam puisinya berjudul Ibu: Kau gua teduh/ …. Mata air yang tak berhenti mengalir membasahi dahagaku/ Telaga tempatku bermain berenang dan menyelam. Dalam sajaknya bertajuk Ibu, Sapardi Djoko Damono menulis bahwa ibu memberi makan dan menyusui anak-anaknya. ASI Emak menepis dahaga, menolak lapar, dan penyempurna kasih sayang.

”Air susu jangan dibalas dengan air tuba,” begitu Emak selalu berpesan. Emak tahu bahwa dunia ini hanya tempat berseloroh dan permainan. Semua orang bermain dengan perannya memasing. Karena itu, kita selalu saja mendengar air susu dibalas dengan air tuba.

Emak selalu cemas jika anak-anaknya kurang susu. Jika dari telaga tubuhnya tak bisa memenuhi kebutuhan susu anaknya, Emak akan berupaya membeli di kedai-kedai. Sedikit saja suara kita merengek, Emak bergegas membancuh susu yang dibeli dan segera tiba di mulut kita. Kalaupun tak dapat membeli, saya yakin Emak akan mencari Emak Susuan untuk menyapih anaknya. 

Emak dilanda risau kalau telaga di tubuhnya tidak bisa menyapih anaknya. Demikian juga yang dialami Emak Rasulullah SAW. Dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, kita mengenal nama Tsuwaibah Al Islamiyah dan Halimah As Sakdiah. Kedua perempuan ini sangat berjasa kepada Beliau. Mereka berdua adalah ibu susuan yang tulus menyapih Baginda. Begitulah pentingnya air susu Emak bagi pemenuhan nutrisi dan kasih sayang. Namun, Baginda memang mulia. Baginda tak membalas air susu dengan air tuba.

Memberikan susu kepada bayi merupakan ungkapan ketulusan, keberlangsungan hidup, dan keteguhan hati. Karena itu, memberi air susu ibu (ASI) untuk buah hati sangat penting. Tujuannya untuk membantu pembentukan sistem daya tahan tubuh dan merangsang perkembangan otak. Dengan ASI, si anak lebih sehat. Bahkan, sebelum organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI kepada anak, Al Quran sudah memberikan petunjuk yang jelas tentang pentingnya pemberian ASI kepada balita.

”Karena itu, berilah ASI kepada anak kaliah,” kata Emak sambil mengingatkan bahwa saat ini banyak perempuan enggan memberikan air susunya kepada bayinya dengan berbagai kilah. Ada yang beralasan untuk menjaga keindahan tubuh dan kecantikan. Ada juga yang berhujah tidak punya waktu sebab diburu waktu untuk bekerja. Apalagi saat ini, sudah sangat banyak produksi susu formula untuk mengganti ASI. Ah, mungkin hanya segelintir Emak-Emak yang berpandangan negatif seperti itu.

”Jangan gegara nila setitik, rusak susu sebelanga,” Emak berpesan lagi. Masih banyak Emak-Emak di dunia ini yang tulus bersusah payah menyusukan anak-anaknya hingga dua tahun. ”Jangan pula sapi punya susu, lembu punya nama,” kata Emak sambil senyum. Tali air yang mengalir dari tubuh Emak adalah cinta dan kelembutan bidadari. Bunda, Kutahu kasihmu bagai tali air/Sayangmu bak sumur tak berdasar/Cintamu ibarat semesta/ Kelembutanmu seakan bidadari-bidadari di surga (Tak Malu Kita Jadi Melayu, 2019, hlm. 128).***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 04 Muharam 1443 / 02 Agustus 2022

Baca : Binatang Jalang

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *