Umum  

Betulkah Sirop Paracetamol Penyebab Gagal Ginjal Akut? Berikut Kisah Orang Tua Pasien

Betulkah Sirop Paracetamol Penyebab Gagal Ginjal Akut? Berikut Kisah Orang Tua Pasien
Betulkah sirop paracetamol penyebab gagal ginjal akut pada anak? (net)

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Sirop penurun panas paracetamol di tenggarai sebagai penyebab kematian anak di kasus gagal ginjal akut. Tapi betulkah obat itu jadi penyebabnya?

Salah seorang orang tua yang anaknya jadi pasien gagal ginjal akut menceritakan kisah kematian anaknya.

Yusuf Maulana (44) adalah orang tua dari pasien ET, bayi berusia 8 bulan. Anaknya di nyatakan meninggal pada 25 September 2022 dengan gejala gagal ginjal akut.

Yusuf bercerita bahwa putrinya lahir secara normal pada 23 Februari 2022. Anaknya tumbuh sehat sesuai indikator di Kartu Menuju Sehat (KMS). Putrinya sudah empat kali mendapatkan vaksin imunisasi rutin.

Sabtu, 17 September anak kelimanya itu mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan kesehatan.

“Maem masih bagus, tapi pipisnya berkurang. Kami pikir waktu itu asupan ASI sedikit. Karena waktu itu istri ASI-nya berkurang signifikan, produksinya sedikit,” kata Yusuf di Banguntapan, Bantul, seperti di kisahkan cnnindonesia, Sabtu, 22 Oktober.

Yusuf mengaku memang tak mengukur intensitas buang air kecil anaknya itu. Hanya saja sepengamatan dia memang tak sebanyak biasanya.

“Hari Minggu, intensitas kejangnya sudah bertambah. Maem tetap lancar tapi pipis berkurang. Saya gendong (tatapan ET) kosong, di gini-gini (lambaikan tangan) dia low respons. Sering intensitasnya,” urai warga Argomulyo, Sedayu itu.

Gejala penurunan kondisi yang di alami ET makin signifikan pada Senin (19/9). Orang tua kemudian memberikan susu formula kepadanya lantaran menduga dehidrasi menjadi pemicu hal ini.

ET namun malah mengalami diare pada Senin sore. Yusuf dan istri menduga itu adalah efek mengonsumsi susu formula kali pertama putrinya.

Tidak Pernah Beri Sirup

“Covid saya enggak ada, paracetamol (ET) tidak ada. Ibunya minum, tapi tablet, bukan cair. Itu pun sebelum tanggal 16 (September). Jadi obat-obatan belum pernah, riwayat keluarga besar kami juga bagus, tidak ada ginjal,” kata konsultan penerbit itu.

Orang tua lantas memutuskan membawa anak mereka ke bidan terdekat dan disarankan langsung ke rumah sakit dengan fasilitas lebih memadai. ET kemudian dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Gamping pada pukul 22.30 WIB sebelum harus dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito karena kondisinya sudah ‘drop’.

Yusuf mengatakan putrinya saat itu sudah di sinyalir mengalami penurunan fungsi paru-paru. Dia dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito tanpa diagnosa yang mendahuluinya.

“Lihat dari saturasi sudah njomplang banget. Padahal waktu kita bawa di kendaraan dia masih sadar, masih mengenali orang tuanya. Tapi waktu masuk (PKU Gamping) dalam waktu beberapa jam, kami otomatis enggak tidur, masuk 23.30 WIB, kesadaran makin menurun dan sudah enggak mengenali (merespons) kami lagi,” bebernya.

ET kendati sejak Selasa (20/9) subuh harus menunggu di inkubator milik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan supervisi dokter RSUP Dr. Sardjito karena fasilitas Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di rumah sakit rujukan masih antre.

Baru pada Selasa petang ET mendapat tempat di RSUP Dr. Sardjito. Penurunan kondisi mulai terpantau terjadi di organ-organ lain secara drastis.

Paru dan Liver

“Anak saya paru-paru sisanya kena. Kena semua soalnya, liver, kemudian saraf, dan pastinya ginjal,” ujarnya.

RSUP Dr. Sardjito melakukan penanganan intensif sekaligus observasi pada ET sejak Selasa hingga Jumat (23/9). Istilah Acute Kidney Injury (AKI) sebagai sebuah prognosis mulai familiar di telinga Yusuf dan istri.

“Dia (AKI) sebagai sebuah prognosis yang pihak medis masih menelusuri ini apa,” ungkapnya.

Penanganan oleh RSUP Dr. Sardjito tak mampu memulihkan kondisi ET yang kian hari makin menurun. Seingat Yusuf, putrinya tak sampai menjalani hemodialis atau terapi cuci darah.

Akhirnya, Yusuf dan istri harus merelakan kepergian bungsu dari kelima bersaudara itu pada Minggu (25/9) dini hari. Atau dua hari setelah ET menginjak usia tujuh bulan.

Yusuf dan istri meyakini RSUP Dr. Sardjito telah berupaya sebaik mungkin demi menyelamatkan putrinya. Yusuf juga dilibatkan dalam sebuah panel yang menghadirkan dokter atau ahli lintas disiplin selama ET dirawat. Mulai dari saraf hingga organ dalam.

“Dan, dokter menyatakan ini misterius, cepat sekali menyerangnya. Saya kira jam demi jam sangat berharga, karena penurunannya drastis banget,” ujarnya.

RSUP Dr. Sardjito sehari sebelumnya juga telah mengumumkan seorang pasien anak berusia 7 bulan yang meninggal akibat gagal ginjal akut. Dia adalah salah satu dari 6 pasien meninggal terkait kasus ini.

Editor: Denni Risman – Sumber: cnnindonesia

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews