Kampus  

Ruang Ibadah Kecil dan Sempit, Mahasiswa Monash University Shalat Berjamaah Di Lapangan

Mahasiswa muslim Monash University salat berjamah di lapangan (net)

LAMANRIAU.COM, MELBOURNE – Mahasiswa dan staf Monash University terpaksa melaksanakan salat dhuhur berjamaah di lapangan Kampus Monash University di Clayton, Rabu, 27 Juli 2022 kemarin.

Hal itu dilakukan, ruang ibadah lintas agama yang disediakan kampus tidak bisa menampung jamaah

Ulil Amri Nasiruddin, salah seorang mahasiswa PhD asal Indonesia, mengungkapkan fasilitas ruang ibadah lintas-agama atau ‘multi-faith’ yang terletak tepat di tengah kampus kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

“Saya melihat kondisinya sudah mulai kayak gudang dan ruangannya yang kecil semakin sempit,” katanya kepada Farid Ibrahim dari ABC Indonesia.

“Pas masuk waktu salat, kondisinya langsung ramai, membludak. Ruangannya tidak bisa menampung karena sangat kecil,” katanya.

Kondisi seperti ini, menurut Wakil Ketua Monash University Islamic Society (MUIS) Fatima Ramtoola, sudah disampaikan ke pihak rektorat sejak lama.

“Kami telah meminta ruang ibadah yang lebih besar sejak tahun 2018,” katanya kepada program ABC Radio Melbourne.

Ruang ibadah lintas agama itu hanya dapat menampung maksimal delapan jemaah pria dan delapan jemaah perempuan. Padahal menurut MUIS, rata-rata 260 orang membutuhkan ruangan tersebut untuk salat.

Sebagai perbandingan, ruang ibadah di kampus Melbourne University mampu menampung 100-an jemaah pria dan 40-an jemaah perempuan. Kampus Swinburne University, Melbourne menyiapkan ruangan ibadah dengan kapasitas hingga 300-an orang.

“Kami telah sering bertemu dengan pihak universitas. Namun belum ada penyelesaian,” kata Fatima.

Soal salat Zuhur berjamaah di lapangan terbuka, tepat di depan kantor Rektor Monash University, Fatima menyebutkan kegiatan itu bukanlah bentuk protes mahasiswa muslim di kampus. Tapi saat itu mereka sedang mengadakan penerimaan anggota baru MUIS>

“Ini sebenarnya acara penyambutan anggota baru MUIS dibarengi salat berjamaah,” ujar Ulil.

“Sekalian menunjukkan banyak warga kampus yang butuh ruang untuk beribadah,” katanya.

Wakil presiden senior Monash University, Sharon Pickering, menegaskan rektorat tidak mengabaikan kebutuhan mahasiswa dan staf Muslim.

“Kami telah berupaya mencari berbagai pilihan dan mengajak para mahasiswa mendiskusikan pilihan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka,” katanya kepada ABC Radio.

Dia mengatakan pihak rektorat bertemu dengan para mahasiswa pekan lalu. Tapi belum ada kesepakatan. Sharon menyebut adanya “berbagai alasan” penyebab belum adanya solusi.

“Saya menghargai rasa frustrasi mereka dan saya sangat memahami pentingnya ruang salat bagi mahasiswa Muslim kami,” katanya.

“Saya mengerti permasalahan itu sudah terlalu lama dan kami ingin memperbaikinya,” tambahnya.

Redaktur: Denni Risman – Sumber: jpnn

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews