Sajak Sajak Muchid Albintani (Bagian ke-10)

Ilustrasi

Ihwal Hutan Tanah Penghujung Desember 2023

Hutan Larangan

Hutan larangan tok jabat
sebuah episode pun etalase setiap
penghujung tahun dalam kenangan

hutan tok menjadi utang
tinggal elegi bak pungguk
merindu ijon dari pembuat izin kuasa

izin berlebihan
hutan tak tertanam
terbakar siapa yang bakar
tuduhlah kami musim pengganti

hutan larangan hanyalah hoak
dalam dodoi menjelang tidur
yang tak lagi filosofis sosiologis
izin menggemuruh
membela investasi
hutan meliuk dicengkram
ambisi penguasa negeri
habis aqal terbakar hutan
lindung siapa yang melindungi
kuasa api melahap izin
lindung tak lagi nandung

dodoi dihempas harap
dalam humbar janji kampanye
pakai uang kongklo
kong kong kalikong
pat gulipat alibaba

hutan larangan tak perlu izin
untuk rakyat
tak bagi pejabat
penjahat pun
tokoh adat.

Pekanbaru, penghujung desember 2023

Tanah Neraka

Dari nandung kisah lawas
era baru baldatun
thayyibatun
wa rabbun ghafur

bermula dari anugerah-Nya
di layar terkembang
membentang tanah kedaulatan
ketika lakon laku mengubahnya
dari surga menjadi neraka

tanah mata air mata surga nusantara
tongkat kayu batu hangus terbakar
tertinggal hanya lembaran ijon-ijon
menyerak pada buhul mereka
yang tertangkap layu

wajah-wajah pemberi ijin
menukar harkat dengan selembar
kertas merah bergambar cacing
sambil cenge-ngesen menangis
bersama centeng-centeng berseragam
dan pengendali ekonomi

di tanah ku yang tak lagi surga
bersama-sama kami para pendekar
berseragam putih tanpa jubah
prilakunya tak mudah dibeli
pun dari godaan bidadari
penghuni etalase milik mereka

di penghujung asa terbersit hampa
jika tak akan lama kaum berseragam
dapat bertahan berjihad
di tanah neraka

biarlah angin menuntun membawa
seluruh catatan dalam buku merah
tentang mereka
para pendusta negeri
di tanah neraka

Pekanbaru, penghujung desember 2024

Tanah Oligarki

Dari negeri sakit
tanahnya disuntik
seperti balak
yang tak
kering kerontang tak
sisa air pengganti
tinggal keropos dalam
tunggu waktu
tak rapuh longsor
brakkkk tenggelam jalan

tanah yang sakit
tiap saat tersuntik
seperti malaria tropika
dua puluh empat jam
menanti ajal umur
pipa panjang terus menggelepar
liuk meliuk
menerobos semua sabang
dari merauke tak tinggal sisa

tanah yang lumpur pun
di sapun bersih
tak gubris monopoli
kartel koloni
tak tembus peluru anti kapital
dari kapal kapal terus
sambung menyambung menyuntik
negeri yang tak sakit

suatu hari ketika modal terbang
tunggang melanggang
berlari berburu investasi
menutupi perut mengisi belanja negara

terus menerus tanah disuntik
tak kebal lagi tembus
lumpur nanah beterbangan
menutup wajah penguasa
negeri sebuah kisah elegi
ihwal tanah oligarki.

Pekanbaru, penghujung desember 2023

—————————-
Muchid Albintani lahir di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Sajak-sajaknya terbit dalam antologi, “Menderas Sampai Siak” (2017). “Ziarah Karyawan” (2017). “Segara Sakti Rantau Bertuah Antologi Puisi Jazirah 2” (2019). “Paradaban Baru Corona 99 Puisi Wartawan Penyair Indonesia” (2000). Baca sajak Lantera Puisi V 2018 di Singapura. Buku sajaknya, “Revolusi Longkang” (2017) dan “Rindu Dini” edisi revisi (2022). Buku terbarunya, “Teori Evolusi Dari Ahad Kembali Ke Tauhid Esai-Esai Akhir Zaman”. (Deepublish: 2021). “Terapi Virus Cerdas Berbangsa Bernegara” (Deepublish: 2022).*

Baca: Sajak Sajak Muchid Albintani (Bagian ke-9)

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews