LAMANRIAU.COM, BENGKALIS – Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Riau melaksanakan sosialisasi dan pengabdian masyarakat di Desa Buruk Bakul, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Kegiatan ini berfokus pada pengelolaan ekosistem mangrove menggunakan pendekatan sylvofishery.
Sylvofishery adalah sistem budidaya perikanan yang mengintegrasikan fungsi ekosistem mangrove dengan pemanfaatan hasil perikanan secara berkelanjutan, khususnya kepiting bakau. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat lokal, akademisi, dan mahasiswa.
Ekosistem mangrove di Desa Buruk Bakul memiliki potensi besar untuk mendukung perekonomian masyarakat lokal sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Namun, tekanan dari eksploitasi berlebihan, perubahan fungsi lahan, dan degradasi lingkungan menjadi tantangan besar. Pendekatan sylvofishery dinilai sebagai solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan tersebut.
Dalam sosialisasi ini, peserta diberikan pemahaman tentang konsep sylvofishery, yaitu integrasi antara budidaya kepiting bakau dan pelestarian mangrove. Materi disampaikan oleh para mahasiswa dan dosen yang telah berpengalaman di bidang tersebut.
Selain itu, masyarakat juga dilatih langsung tentang cara teknik pemeliharaan kepiting bakau yang tidak merusak ekosistem mangrove. Para mahasiswa membuka sesi diskusi interaktif untuk mendengar tantangan yang dihadapi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam, sekaligus memberikan solusi yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lokal.
Sebagai bagian dari aksi nyata, dilakukan penanaman 100 bibit mangrove untuk memulihkan kawasan yang rusak dan mendukung habitat alami bagi kepiting bakau. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove, memberikan keterampilan praktis dalam budidaya perikanan yang ramah lingkungan, mendorong keberlanjutan ekologi dan ekonomi masyarakat serta menguatkan kolaborasi antara masyarakat, akademisi dan pemerintah dalam pelestarian ekosistem mangrove.
“Kami percaya pendekatan sylvofishery adalah langkah konkret yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang bagi masyarakat Desa Buruk Bakul. Dengan integrasi antara lingkungan dan ekonomi, masyarakat dapat memperoleh manfaat tanpa merusak alam,” ujar Dhea Oktama Rivaldo, perwakilan dari Tim Pengabdian Mahasiswa Pascasarjana.
Kegiatan ini adalah langkah awal dari program jangka panjang untuk mendukung pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. Para mahasiswa bersama pihak terkait akan terus memantau perkembangan implementasi sylvofishery di Desa Buruk Bakul. ***