LAMANRIAU.COM – Ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Toto Sudargo mengatakan, bahaya atau efek samping gorengan berasal dari minyak yang digunakan.
“Biasanya pakai minyak goreng yang dipakai berulang kali, minyak jelantah,” kata Toto dikutip dari Kompas.com, Rabu (18/12/2024).
Minyak jelantah tersebut dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan bernama dislipidemia.
Dislipidemia sendiri adalah kondisi gangguan metabolisme lemak dalam darah dengan ditandai oleh kadar kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida yang tidak normal.
“Jadi sebabkan menstruasi menjadi semakin sakit,” ucap Toto. Gangguan kolesterol ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penyumbatan aliran darah karena terbentuknya plak di pembuluh darah.
Selain itu, konsumsi gorengan berlebihan juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan kesulitan fokus.
“Kalau double chin, karena kegemukan. Lemak menyebabkan gemuk, jadi terlihat dagunya berlipat-lipat karena obesitas,” ujar Toto.
Oleh karena itu, Toto menyarankan untuk membatasi porsi makan gorengan. Setidaknya, maksimal makan empat gorengan dalam sehari bagi orang normal atau sehat.
Selain itu, Toto merekomendasikan untuk mengimbangi dengan makanan sehat seperti sayur dan buah.
Seseorang juga diimbau untuk menggoreng makanannya sendiri dibandingkan membelinya di pinggir jalan. Sehingga, minyak dan bahan yang digunakan bisa dikontrol.
Dapat meningkatkan risiko kanker
Terpisah, dokter gizi Tan Shot Yen mengungkapkan bahwa konsumsi gorengan berlebihan juga dapat mengakibatkan risiko kanker meningkat. “Gorengan sendiri bukan makanan sehat,” tutur Tan kepada Kompas.com.
Saat digoreng, akan timbul senyawa kimia HCAs (Hetero-Cyclic-Amines) dan PAHs (Polycylic-Aromatic-Hydrocarbons).
Selain digoreng, senyawa kimia tersebut juga dapat muncul saat bahan pangan dipanggang atau dibakar.
“HACs dan PAHs akan mutagenik atau mengubah DNA, berisiko kanker,” terang Tan.
Ia menambahkan, bahan pangan berpati seperti tepung dan umbi jika digoreng atau dipanggang dalam suhu tinggi juga dapat meningkatkan risiko kanker.
Hal tersebut karena saat digoreng, bahan itu akan memicu reaksi antara gula dan asam amino hingga kemudian menghasilkan akrilamida yang bersifat karsinogenik.
“Semakin lama menggoreng, semakin banyak terbentuk akrilamida. Akrilamida juga terdapat di asap rokok,” jelas Tan. (*)