Peti Mati
sosok lelaki prematur ini
rajin tidur di peti mati
ranjangnya cuaca yang selalu cerah
atau matahari tak berputar lagi
kadang ia jadi semut hitam
kadang jadi ikan kelelahan
di kolam dan air mineral yang nyaris pingsan
tiba-tiba mimpinya dibawa ke rumah sakit tua
di pinggir kota milik pelukis belanda
sehingga masih tersisa untuknya
satu ruangan sempit untuk rumah duka
setiap perbincangan tentang sosok lelaki prematur ini
jamaah pasti ingat peti mati
dengan harga tak pasti
hanya teringat kemiskinan masa kanak-kanak
hatinya pasti masuk permukiman liar
jiwanya disiram arak putih
perjudian dalam tanah kuburan
perzinahan sedarah dan sedaging
Rumah Duka RS. Cikini, Jakarta, Selasa 16 Agustus 2022
Kota Malang Suatu Pagi Dalam Puisi
kota Malang suatu pagi dalam puisi
membuang nyawa
di toilet kereta api
tidurku sepanjang malam tadi
meninju bantalan rel-rel besi
sampai belum terbit
matahari pagihari
mari kawan kita berswafoto diri
sambil mandi di tubuh hotel
kerdilkan sepi
bunuh insomnia di atas sprei putih
telepon menyapa untuk kotaku
masuklah ke kampung-kampung tua heritage
mencatat sejarah zaman tua-tua belanda
letihku kubuang ke drainase sampah
depan rumah (tahun 1870) tanpa penghuni ramah
(para pewarta telah merekam hujan,sambil dendangkan lagu-lagu gamelan jawa, kejawen,kuburan mbah keramat, kusir delman, radio transistor dengan faktur tahun enampuluhan, televisi hitam putih, busana batik kematian, mantan presiden, jenderal yang pernah dipecat, sampai reportase yang disalin dengan protokol kesehatan covid-19 yang sangat ketat)
kota Malang suatu pagi dalam puisi
aku pun harus pamit lagi
karena berita gempa bumi
telah menghancurkan sakit hati ini.
Malang, Jatim, April 2021
Pohon Gedi
magrib nyaris tiba
tidurku sudah terbenam
masuk hari perhentian
tanpa persiapan
aku masih rajin
menulis puisi-puisi ganjil
sebaris kalimat sunyi
masuk tong sampah
secara membabi-buta
mulutku telah ditumbuhi
ratusan daun-daun hijau liar
bubur khas dari bumi selatan
berkeliaran dalam taman
setelah itu ditebang
dengan sebilah pisau
bergetah karat
yang kuambil dari
sebelah kiri jantungmu
tubuh rohaniku terus menghentak-hentak
di dapur belakang bunyi petasan
jadi hunian kumuh
karena seharian
lelah dendangkan
lagu pujian kepada Tuhan
jeritku lalu membentur lagi
pada kompor gas, tembok tetangga, dan mata-mata kecoa
lupa baca kitab suci
lupa selidiki cerita paranabi
siapa mau menebang pohon-pohon kematian
dari talaud sampai bolaang mongondow selatan?
tertulis abelmoschus manihot yang siap bersekutu dengan kawanan setan
di ranjang kengerian
gelisah derau hujan
resah seharian
tumpah di meja
komputer masa silam
di pintu-pintu mezbah Tuhan
yang membahas tentang tulisan permulaan
kucuri khotbah pastor pensiunan
dari negeri-negeri keterasingan
sungguh, kekasih
ibadah malam ini
jadi sesal
terus berkepanjangan
aku wajib minta pengampunan
Pamulang, Rabu 7 April 2021
Stasiun KA Kota Kebumen
i/
gelisah terjebak
dalam tabung genose– 19
sudah kulahap penuh semangat
di ruang VIP kereta belum berangkat
dicatat dalam perjalanan
pujangga suci pandai berkhotbah
diwarnai dengan pertengkaran
hati rohani
serangan kadal liar ini
paling mengerikan
mengerikan !
ii/
hasil test negatif, kata perempuan eo
angkut kopermu nuju gerbong kota
semua pewarta
akan menutup jendela
setelah diantar puteraku
pohon tunggal
dua abad mau membakar teras rumah
jadi nyanyian nyamuk demam berdarah
iii/
bersiap masuk stasiun Kota Kebumen
berbedak tipis
sepi hitam manis
betulkah?
aku jadi teringat seorang perawan
turun dari gunung’gunung keluguan
masuk kamar malu-malu
hampir jebol bendungan
kutampar angan-angan
liar dan sering berenang
dengan dua kaki
mengambang
jadi cinta murahan
dibuang amarah malam
di pinggir jalan
Kebumen, 9 April 2021
Perkawinan Makin Gemuk
i/
perkawinan tak suci ini
telah kendurkan
segala keinginan bersahaja
doa-doa primitif
diangkat secara seksama
sebuah pengakuan biologis
di gedung putih universitas tua
lewat diagnosa yang menjemukan
angan-angan jadilah dirinya jantan
terjadilah sekarang
di depan mata kiriku yang tuli
sepi kadang menerawang
rasa sesal selalu tiba belakangan
ii/
perkawinan tak kudus ini
telah semaikan ketegangan
engkau pahat
teramat liat
kadang seperti rumahtangga adam-hawa
yang bebal pada pohon kehidupan
setia bertelut menyembah yahwe dinihari
dan hapal seribu ayat-ayat kitab suci
tiba-tiba engkau jadi seekor singa muda
yang mendobrak pintu rumah
sambil rajin menawarkan
syair-syair perceraian disebar brutal
di pinggiran jalan kekelaman
iii/
kita hanya butuh gairah liar
sejak usia muda belia
mencuri selimut dan sebungkus nasi kapau
delapan gerakkan seperti burung-burung
terbang dari bantalan kereta api
di seberang permukiman
berbayar mahal
lihatlah sekarang anakmu ibunda
berabad-abad paru-parunya tak pernah tidur
benci melihat matahari renungan pagi
kedua tangannya menadah bahan bakar
melakukan perjalanan paling menyebalkan
Pamulang, Kamis 1 April 2021
—————————————
Pulo Lasman Simanjuntak, karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 16 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 berjudul Bila Sunyiku Ikut Terluka. Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ), dan anggota Sastera Sahabat Kita (SSK-Sabah, Malaysia). Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Perum Pamulang Permai I Jalan Bougenville 5 Blok A 42 No.8, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Email: [email protected]. *
Baca : Puisi-puisi Saunichi Agus Sauchi