Ini Dia, Resiko Mencampur BBM Beda Oktan

LAMANRIAU.COM – Untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan menjaga kadar emisi gas buang, pabrikan membekali kendaraan modern dengan kompresi mesin 10:1 keatas. 

Dengan sistem kompresi 10:1 tersebut, urusan penggunaan bahan bakar juga tak boleh asal. Aturannya, motor atau mobil diwajibkan mengkonsumsi BBM minimal RON 92. 

Hal tersebut demi kompresi mesin tak gampang berubah dan pembakaran sempurna yang berujung pada performa tetap terjaga.

Namun, imbas harga BBM yang melambung, banyak pemilik mobil akhirnya mengakali dengan mencampur BBM dengan oktan rendah dan tinggi.

Misalnya, ada pengendara yang mengisi bahan bakar dengan cara mencampur BBM RON 90 dengan RON 92. Lantas apakah cara- cara ini memiliki resiko pada kendaraan?

Dikutip dari kompasotomotif, Dosen Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widya Aryadi menjelaskan, mencampur BBM beda nilai oktan ada efek sampingnya. 

Kandungan zat aditif pembersih bahan bakar berbeda, komposisi yang tidak seimbang, efeknya bukan membersihkan, tapi mengotori.

“Zat aditif pembersih kerak karbon antara BBM Pertamax dan  Pertalite  beda jauh. Ketika keduanya di campur, itu malah kontraproduktif. Yang seharusnya octane booster malah akhirnya jadi deposit,” kata Widya.

Bahan bakar oktan tinggi mengandung octane booster yang lebih banyak. Kerak karbon muncul karena dua jenis BBM beda oktan gagal tercampur sempurna. 

Octane booster BBM yang gunanya menaikkan nilai oktan itu mengandung deposit. Jika gagal terbakar, akan menumpuk di kepala piston,” katanya. 

Kerak dan deposit karbon berimbas pada performa mesin yang droop. Tandanya biasa diawali gejala ngelitik ketika mesin di paksa akselerasi mendadak. 

Pedal throttle yang diinjak dalam, respon mesin terlambat dan ECU akan mengkoreksi data timming pengapian jadi lebih maju. 

“ECU akan menyesuaikan data kompresi, supaya seimbang campuran bahan bakar ditambah supaya mesin tidak panas dan kehilangan tenaga,” katanya. 

Sementara itu, Kepala Bengkel Toyota Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto mengatakan, mencampur BBM nilai oktan yang berbeda membuat pengapian mesin kurang stabil. 

Efeknya, selain ngelitik komponen pengapian seperti busi lebih cepat kotor. 

“Kotoran karbon menumpuk di ruang bakar sampai busi. Dari warna ujung elektroda busi, kerak yang menumpuk jadi indikasi pembakaran tidak normal,” ucap Bambang.***

Editor: Zulfilmani/Penulis: MA.Hakim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *