Mengejar Rembulan dan Matahari
Jika boleh,
Ingin aku dilahirkan menjadi malaikat. Bersayap salju, bermata bening biru. Menjaga dadamu agar tak gampang robek dan berkarat. Menjaga arwahmu agar tak tersesat. Namun kita rupanya hanya sekepal tanah hitam, gosong dan pucat.
Pahamilah,
Aku dan kamu berada di lingkaran waktu yang bisu. Terpelanting dari detik menuju detik, dengan degup jantung yang memburu.
Aku dan kamu seperti mengejar sesuatu. Mungkin rembulan atau cahaya matahari yang mulai gerhana. Dan tiba-tiba, mataku dan matamu buta!
Kaliwungu, 2022
Hanya Sebuah Persinggahan
Mungkin aku burung-burung yang sekadar numpang lewat. Setelah itu pergi, saat matahari pelan-pelan condong ke utara. Di mana musim yang lain menunggu untuk menanam benih dan beranak pinak dengan simbol-simbol cinta.
Aku tahu waktu pasti akan melipat musim. Menghanyutkan sisa persetubuhan—hari-hari kemarin. Bersama mimpi-mimpi itu, debu-debu terbang tertiup angin. Betapa percakapan ini sesuatu yang kita rindukan. Ketika kesepian dan kebisuan menjadi lautan. Dan kita tenggelam di dasar palung paling dalam.
Mungkin tidak hanya aku, tapi kamu juga mereka adalah burung-burung yang sekadar numpang lewat. Sambil menanam benih dan beranak pinak dengan simbol-simbol cinta.
Kaliwungu, 2022
Impian
Aku biarkan tetes embun itu melunglai di ujung jemariku. Dan degup isyaratkan—rindu. Pada pagi yang bisu—di pucuk-pucuk daun tusam—aku lihat kilat matahari jatuh. Tepat di depan mataku, menyerupa bayangmu; rekah—tak tersentuh.
Mungkin jalan itu adalah langkahmu. Dan aku di sini, tersalib pada jejak yang lain. Kilau kilat itu rupanya pun bening matamu yang menawarkan sepi.
Aku biarkan tetes embun itu mulai melunglai di ujung jemariku. Berharap tetesannya melindapkan seraut wajah yang dulu pernah singgah. Karena aku tahu, kenangan hanyalah sebatas impian yang pernah robek dan pecah. Yang lupa disematkan bibir dengan kecupan. Dan mimpi hanyalah sebuah gerbong-gerbong panjang tak berkesudahan.
Kaliwungu, 2022
——————-
Ngadi Nugroho, lahir 28 Juni di Semarang. Lulusan Teknologi Pertanian yang terjun di dunia sastra. Beberapa sajaknya termaktub dalam beberapa antologi (Lampion Merah Dadu, Jazirah XI Laut dan Kembara Kata-kata, Progo7, Dunia: Suara Penyair Mencatat Ingatan dll) dan terbit di sejumlah media massa online (Media Indonesia, Balipolitika.com, Riausastra, Magrib.id, Barisan.co, Sukusastra.com dll). Email: [email protected]. *
Baca : Puisi Terjemahan Jahan Malik Khatun