Merjan dan Tali
Terima kasih merjan kata,
merjan diksi, merjan metafora
Pada tali lentur kuuntai-untai
Menjadi kalung nuansa ceria
Juga gelang air mata
Menjadi mahkota pahlawan
Serta rangkai fenomena alam
Atau deret fenomena sosial
Kurangkai merjan bertilam awan
Di ruang kamar
Di antara rumpun ilalang
Dan tinggi pepohonan
Kadang merjan tercecer di selokan,
bersama ampas kopi pahit
Acapkali tercampak di tempat sampah,
bercampur tisu basah,
Hilang di kolong waktu yang padat
Tapi merjan dan tali seperti dua sejoli
Bertaut hingga masa berganti
Langit anugerahkan jemari jeli
Juga terang pelita ketika matahari lena
Di saku kusimpan merjan dan tali
Di sungkur sujud kupinta inspirasi
Agar tatkala pagi
embun-embun berbunyi puisi.
Malang, 15 November 2022
Berbaik Hingga Senja
Kian senja, raga merenta
Tiada keluh dan sesal meski tak berputra
Atmosfer cinta bergelora
Berbagi rasa, berbagi cerita
Tak pandang siapa
Haturkan kebajikan tanpa harap balas
Meski tak sedarah, tetap sedegup jiwa
Putra-putri diangkat, disapa sayang
Wreda telah tiba
Keriput di kulit hari
Rapuh di tulang waktu
Orang-orang yang meriung
Satu per satu pergi
Di dini hari bercakap dengan Tuhan
Malaikat-malaikat merapat
Tak pernah ada kosong
walau di ruang hampa
Semua pagi hanyalah menanti senja.
Malang, 15 November 2022
Lepas Rindu
Bulan sepenggal
Tersangkut di langit kelam
Di redupnya tersampir rindu setengah nyala
Setengahnya lagi adalah pendar ragu
Di malam paling binal
Jika tak malu pada nyamuk nakal
Bayang kekasih dicumbu puas
Hingga berbuah lenguh sengal napas
Meski tanpanya
Penantian menggerus kesabaran
Tak jarang memantik kesal
Tapi di ujung perjalanan maya
Langgam suara kekasih
Lelehkan bongkah beku
Pada perayaan rindu
Bulan berbinar-binar
Hasrat mendaratkan kecup bertubi-tubi
Dekapan adalah rumah perjumpaan.
Malang, 15 November 2022
Buah Hati Kebanggaan
Ketika dingin memagut malam
Angan pada buah hati di negeri seberang
Secuil tanya tebersit di dada
Kapan tiba masa bersua
Raga termakan usia, tak lagi tegak
Namun tangan kokoh melingkar di bahu
Kaki yang dulu ditatih
Kini penopang kokoh
Tapi itu bukan si anak kebanggaan
Yang jauh di negeri orang
Siapa suapkan nasi
Seka tubuh inci demi inci
antarkan ke mana pun pergi
Siapa pencerah rumah di tengah resah
temani kala hujan petir menyambar
Siapa yang mengipaskan kesejukan
di kemarau panjang
Dialah anak yang tak pernah dapat ranking lima besar di sekolahnya
tak pernah populer di kampusnya
tak juara di kompetisi apa pun
Bukan pejabat kelas atas
Andai penghargaan disematkan sejak awal
Sesal tak akan datang di kemudian
Buah hati ada bersama kelebihan.
Malang, 15 November 2022
————————
Dian Riasari, berasal dari Kota Malang, Jawa Timur. Menimba ilmu di Kelas Puisi Online (KPO) bersama WR Academy dan Asqa Imagination School (AIS). Saat ini bergabung di komunitas puisi Community Pena Terbang (COMPETER) dan di beberapa komunitas literasi. Juara 3 pada Lomba Cipta Puisi bersama Satria Publisher (2022). Baginya, menulis puisi adalah salah satu cara menjaga kewarasan. FB: Dian Riasari, IG: dian_de_lala. *
Baca: Puisi-puisi Karya Riska Widiana