Bida-dari Dunia
Di tikam kecantikan
Sayap ‘bidadari’ dunia
Lentik balutan sutra pada “rusuknya”
Jeruji aurat menerpa tiada henti
Ku tunjuk satu
Mewakilkan ketaqwaan, pengabdian
balutan kasih sempurna
Antara Mahabbah Rabb
Dan ruas rusuk-ku
Bengkulu, 02 Februari 2017
Termenung Aku
Di bawah alam sadar
Ijinkan hening keluh hati
Supaya duka luka
Tiada memecah sunyi malam
Menggelegar hambar kebenak sang rahman
Cerita bisu
Tiada benar-benar tahu, Aku
Hati bersenada
Naskah luka
Terlihat tiada tanya
Bengkulu, 06 Februari 2017 •
Lelahku
Bolehkah beristirahat
Memangku dagu di bahu tegar
Sudikah mendongeng
Masa muda-Mu kekar membatu
Maukah menebar bibit mimpi
Di benakku rapuh, gusar
Maukah
Maukah, ayah???
Bengkulu, 18 Maret 2017
Senjakala
Ku duduk di sini
Berdua dengan mu menanti
Senja akan pergi
Bersetubuh pada bumi
Ingin ku dulang lautan
Agar tak lagi menghalang
Senja yang kian karam
Menikmati jingga
Yang pudar di terpa biru lautan
20 Oktober 2017
Tak Mau Tua
Metafora Berujar pada fajar
Pohon di sekeliling rengkuh
Mentari sebentar lagi terbit
Merekah sumringah
Susuri jejak trotoar
Saksi pejalan kaki terlupakan
Alih rupiah tak elak
Hingar-bingar layar petuah
Alih fungsi pasar dadakan
Warna langit sedikit abu
Kian rindu pada ibu
Menyandera asap, mendera sesap
Penyapu jalan sedikit mendikte
Marah pada dedaunan gugur
Tukang parkir mangkir
Mobil berjajar di trotoar kami
Siswa-siswi lari mengejar bel
Alih-alih ria
Tanya pada tetua bijaksana
Guru-guru kelu
Bosan memberi ilmu
Apa daya saku tak mau
08 November 2017
Baca: Puisi-puisi Karya Dilla Bukittinggi