Oleh: Ir Ulul Azmi ST CST IPM ASEAN Eng
(Penulis Buku “Pemimpin SMART di Era Disrupsi”)
PILKADA telah usai, dan babak baru pembangunan daerah segera dimulai. Namun, momen ini mengharuskan kita merenung.
Apakah proses demokrasi yang telah dilalui benar-benar bersih dari praktik-praktik yang merusak nilai-nilai dasar demokrasi?
Beberapa pengalaman mengindikasikan bahwa Pilkada masih sering tercoreng oleh praktik menghalalkan segala cara, seperti money politics dan manipulasi suara.
Praktik-praktik ini bukan hanya merusak kepercayaan publik, tetapi juga menciptakan dampak jangka panjang yang mengancam masa depan rakyat.
Efek Buruk Pilkada tidak berintegritas
Jika demokrasi hanya menjadi ajang transaksi kekuasaan, maka hasilnya adalah pemimpin yang tidak bertanggung jawab kepada rakyat. Beberapa dampak buruk pilkada yang tidak berintegritas antara lain:
1. Pemimpin yang tidak berkomitmen pada rakyat
Pemimpin yang terpilih melalui cara-cara tidak etis cenderung memprioritaskan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.
Mereka akan berfokus pada “balas budi” kepada sponsor politik, alih-alih memenuhi janji kepada masyarakat.
2. Korupsi dan ketidakadilan
Money politics membuka jalan bagi lingkaran setan korupsi. Anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat justru digunakan untuk mengembalikan “modal” politik.
3. Merusak moralitas publik
Ketika politik uang menjadi hal yang biasa, masyarakat mulai kehilangan kepercayaan pada sistem demokrasi. Nilai-nilai integritas dan kejujuran perlahan terkikis.
4. Menghambat kemajuan daerah
Pemimpin yang tidak memiliki kapasitas sering kali gagal dalam membawa perubahan yang diharapkan. Alhasil, kemiskinan struktural, ketimpangan, dan kurangnya inovasi terus berlanjut.
Pesan untuk pemimpin terpilih: Jadilah Pemimpin SMART
Sebagai pemimpin yang baru saja mendapatkan kepercayaan rakyat, Anda memikul tanggung jawab besar untuk membawa perubahan yang nyata.
Dalam buku Pemimpin SMART di Era Disrupsi, saya menekankan pentingnya karakteristik pemimpin SMART: Sinergy, Modern, Adaptif, Religius, dan Terdepan sebagai landasan kepemimpinan di masa depan.
1. Sinergy: Bangun kolaborasi untuk kesejahteraan rakyat
Seorang pemimpin yang sukses tidak hanya mengandalkan pendukungnya. Bangun sinergi dengan semua elemen masyarakat, termasuk oposisi dan sektor swasta, demi menciptakan pembangunan yang inklusif.
2. Modern: Manfaatkan teknologi untuk pelayanan publik
Gunakan teknologi sebagai alat untuk mempercepat pelayanan publik. Digitalisasi birokrasi akan menciptakan efisiensi, transparansi, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
3. Adaptif: Tangguh menghadapi perubahan
Pemimpin SMART harus fleksibel menghadapi perubahan global dan lokal, seperti dinamika ekonomi, tantangan iklim, atau krisis kesehatan. Respons cepat dan kebijakan inovatif adalah kuncinya.
4. Religius: Terapkan nilai-nilai etika dan moral
Landasan moral yang kuat adalah kompas dalam pengambilan keputusan. Setiap kebijakan harus berpihak pada keadilan dan kebaikan, bukan hanya pada kepentingan sesaat.
5. Terdepan: Jadilah pelopor dalam pembangunan
Pemimpin yang visioner tidak hanya menyelesaikan masalah saat ini, tetapi juga menciptakan solusi untuk masa depan. Jadikan inovasi dan keberlanjutan sebagai prioritas utama.
Harapan untuk masa depan
Kepada para pemimpin yang terpilih, jadikan jabatan ini sebagai amanah untuk melayani, bukan kesempatan untuk berkuasa.
Kepemimpinan Anda akan dinilai dari kemampuan menciptakan dampak positif bagi masyarakat, bukan dari berapa lama Anda menjabat.
Prinsip SMART adalah panduan yang dapat membantu Anda menjadi pemimpin yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat.
Sementara itu, masyarakat juga harus terus mengawal dan mengkritisi jalannya pemerintahan dengan cara yang konstruktif.
Demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi aktif tidak hanya saat pemilu, tetapi juga dalam proses pembangunan.
Akhir kata, pilkada adalah titik awal perjalanan, bukan tujuan akhir. Mari kita bersama-sama menjadikan momen ini sebagai langkah awal untuk membangun masa depan daerah yang lebih baik, berlandaskan nilai-nilai integritas dan visi SMART.
Karena pemimpin yang berintegritas adalah harapan, dan pemimpin SMART adalah jawaban. (*)