LAMANRIAU.COM, BANDUNG – Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudia permana mengaku menyesalkan dengan tindakan pemilik akun Facebook Satyowati Pancasiwi yang mengunggah foto Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang tertutup kertas putih di media sosial, tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu.
Diketahui foto tersebut terpampang di salah satu dinding sekolah di SDN 085 Ciumbuleuit Kota Bandung dan menjadi viral di media sosial setelah diunggah Satyowati. “Sterilisasi ruangan itu biasa, dan sebaiknya masyarakat klarifikasi dulu jangan sampai menyebarkan pesan tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu,” ujar Elih kepada wartawan.
Menurut Elih, Setyawati seharusnya tidak perlu menyebarkan informasi ini begitu saja ke media sosial tetapi lebih baik berkomunikasi langsung kepada kepala sekolah. “Saya sepakat dengan status Pak Mendikbud bahwa kalau ada hal seperti ini sebaiknya dikonfirmasi dengan yang bersangkutan (kepala sekolah),” katanya.
Elih mengaku, Disdik Kota Bandung telah menurunkan tim untuk melakukan verifikasi ke lapangan. Hasilnya, memang benar bahwa foto presiden dan wakil presiden yang ditutupi oleh kertas pada 4 kelas. Namun hal ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan USBN yang dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Mei 2018. Hal ini mengingat bahwa ruang kelas yang digunakan untuk USBN harus steril dari bahan ajar dan alat peraga yang bisa membantu siswa menjawab soal USBN.
Setelah USBN selesai dilaksanakan, Kepala SDN 085 Ciumbuleuit memerintahkan penjaga sekolah untuk melepaskan tutup kertas di 4 kelas tersebut. Karena terbatasnya tenaga masih terdapat foto presiden dan wakil presiden yang belum sempat dilepaskan tutup kertasnya, namun terlanjur di viralkan melalui akun Facebook atas nama Satyowati Pancasiwi pada 13 Mei 2018;
“Kami menyikapi secara kedinasan melakukan verifikasi ke lapangan. Kebetulan waktunya sama dengan (verifikasi) dari tim Kemdikbud,” kata Elih menjelaskan.
Elih pun telah mengingatkan kepada jajaran kepala sekolah di Bandung untuk lebih teliti lagi dalam hal pengawasan di sekolah. Hal ini untuk mengantisipasi terulangnya kejadian serupa di kemudian hari. “Sudah (imbauan disampaikan). Imbauannya agar pengawasan terhadap hasil kerja bawahan lebih teliti lagi,” ujarnya.
Kepala SDN 085 Ciumbuleuit, Sri Sukoati menegaskan, unggahan foto di media sosial pada 13 Mei lalu hanyalah kesalahpahaman. Ia memastikan, pendidik dan seluruh keluarga besar SDN 085 Ciumbuleuit taat hukum. Gambar yang diunggah oleh akun Satyowati Pancasiwi mendeskripsikan sebagai tindakan yang tidak menghormati kepala negara. Akun tersebut juga menyebutkan bahwa seluruh siswi sekolah tersebut wajib mengenakan jilbab sejak masuk ke kelas IV.
“Kami adalah pegawai negeri yang taat dan hormat pada peraturan yang berlaku. Kami tegaskan bahwa tidak ada maksud untuk tidak menghormati atau melecehkan pimpinan negara Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam postingan akun Facebook atas nama Satyowati Pancasiwi,” ujarnya dalam surat yang bercap dan bermaterai.
Adapun soal kewajiban mengenakan jilbab, Sri menegaskan SDN 085 Ciumbuleuit tidak pernah menerapkan aturan tersebut. Ia sama sekali tidak pernah mewajibkan siswi untuk mengenakan kerudung meskipun sebagian besar adalah Muslim.
“Mengenai aturan mewajibkan siswi kelas 4-6 berjilbab, itu tidak benar. Di sekolah kami tidak ada aturan semua siswi harus berjilbab. Meskipun siswa-siswinya keseluruhan muslim, tetapi tidak semuanya menggunakan jilbab dalam kesehariannya,” ujarnya.
Pihak sekolah hanya mengimbau para siswi untuk mengikuti kegiatan keagamaan setiap hari Jumat dengan salat Dhuha dan tausiyah dari guru Agama. Hal tersebut untuk menanamkan karakter dan akhlak mulia di kalangan para siswa.
“Kami menganjurkan dalam kegiatan itu menggunakan mukena ataupun pakaian muslim dan berjilbab. Dan kami tidak pernah memberikan sanksi bagi siswi yang tidak berjilbab dalam aturan berseragam di sekolah,” kata Sri.
Di sekolah tersebut, seluruh guru perempuan yang muslim menggunakan jilbab. Sementara itu, sejak Sri menjabat sebagai kepala sekolah setahun yang lalu, para siswi ada yang mengenakan jilbab ada pula yang tidak.(mdrc)