LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Upaya penanganan pascagempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 7,2 di Halmahera Selatan terus dilakukan lewat koordinasi pemerintahan pusat dan daerah. Hanya saja akses untuk sampai ke lokasi terdampak, masih sulit dan hanya bisa diakses dengan jalur laut.
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, saat ini kendala yang dihadapi akses transportasi susah hanya lewat laut saja.
“Aksesnya terbatas butuh waktu lama ke lokasi. Ditambah lagi masih ada gempa susulan,” kata Agus Wibowo di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Meski begitu, kata Agus, saat ini BNPB sudah menerjunkan tim untuk membantu penanganan korban gempa bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah daerah (Pemda). “Sementara itu, akses komunikasi pun dikabarkan normal,” tambah Agus Wibowo.
Seperti diketahui, gempa bumi Magnitudo 7,2 mengguncang Halmahera, Maluku Utara pada Minggu (14/7/2019) pukul 16:10:51 WIB di kedalaman gempa 10 kilometer (km) dan berpusat di darat. Guncangan gempa dirasakan kuat mencapai VI-VII MMI. Guncangan gempa juga dilaporkan dirasakan di Sorong, Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Hingga Senin (15/7/2019) siang, dilaporkan sudah terjadi 66 kali gempa susulan.
Catatan sementara korban meninggal dua orang karena tertimpa bangunan yang roboh. Sebanyak 2.000 orang mengungsi di 14 titik pengungsian seperti gedung-gedung pemerintah dan fasilitas umum yang luas. Data sementara rumah rusak 58 unit.
“Masyarakat pesisir masih ada yang mengungsi. Karena Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut tidak berpotensi tsunami, ada masyarakat yang sudah kembali ke rumahnya masing-masing,” ungkap Agus Wibowo.
Berdasarkan analisis BMKG, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang mengguncang Halmahera Selatan merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Sorong Bacan.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar. (bsc)