LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Provinsi Riau pernah termasyhur karena memiliki potensi minyak dan gas. Hanya saja, potensi sumberdaya alam yang sempat menjadikan Riau primadona itu mulai memperlihatkan trend penurunan.
Bahkan, pemerintah pusat pada tahun ini menetapkan target realisasi produksi minyak bumi siap jual (lifting) di Riau, turun dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Kondisi itu tentunya menyesuaikan dengan kondisi riil dari potensi migas yang ada di beberapa daerah di Riau.
Dimana pada tahun lalu, realisasi lifting minyak bumi di Riau mencapai 83 juta barel, sedangkan tahun ini hanya 80 juta barel.
Demikian disampaikan Gubernur Riau (Gubri) Syamusar dalam Rapat Paripurna DPRD Riau, Senin (29/7/2019). Menurutnya, target lifting tahun ini ditetapkan untuk sembilan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melakukan kegiatan eksploitasi minyak bumi di Provinsi Riau, diantaranya PT Chevron, BOB, PHE Siak, PHE Kampar, Pertamina EMP, EMP Buntu, EMP Malacca dan SPR Langgak. Namun khususnya untuk EMP Buntu dan Malacca mengelola gas.
“Pada triwulan pertama tahun ini, lifting yang sudah masuk dari sembilan KKKS mencapai 19 juta barel. Tapi bisa saja nanti di triwulan II mencapai 20 juta barel lebih,” katanya.
Dijelaskan Gubri Syamsuar, turunnya target lifting minyak bumi Riau sebagian besar juga dipengaruhi oleh produksi miyak PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) yang menurun menjelang peralihan Blok Rokan pada tahun 2021.
“Tahun 2019 ini, pihak Chevron ditargetkan 209.000 barel per hari, namun kenyataan baru terealisasi sekitar 194.000 barel per hari,” bebernya.
Disamping itu, faktor lainnya yang membuat target lifting perhari Chevron tidak terpenuhi yakni karena pihak Chevron tidak lagi melakukan investasi untuk menambah produksi menjelang akhir peralihan ke Pertamina.
Faktor lainnya lagi, karena masih fluktuatifnya harga jual minyak bumi, sehingga terkadang biaya produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh.
“Chevron habis masa kontraknya pada 2021 mendatang, tentu mereka tidak ada investasi apa-apa, mereka hanya mempertahankan kondisi sekarang saja. Harapan kami setelah diserahkan ke Pertamina, realisasi lifting kita bisa lebih bagus lagi,” terang Gubri Syamsuar. (bin)