LAMANRIAU.COM – ALLAH Taala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)
Dalam ayat ini diperintahkan kepada orang beriman untuk bersabar, sabar menghadapi gangguan orang lain, melakukan ketaatan (menunggu shalat setelah shalat), disuruh pula bertakwa kepada Allah, supaya menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat.
Sabar sendiri ada tiga macam:
– Sabar dalam menjalankan ketaatan.
– Sabar dalam menjauhi maksiat.
– Sabar dalam menghadapi musibah.
Mushabarah dalam ayat berbeda dengan sabar. Menurut Syaikh As-Sadi, mushabarah adalah terus menerus bersabar dalam menghadapi musuh.
Faedah dari Ayat:
– Sabar, mushabarah, melakukan ketaatan, dan takwa termasuk sifat orang beriman.
– Ayat ini menunjukkan keutamaan menyelisihi hawa nafsu dan berusaha menahan kesulitan demi menggapai ridha Allah.
– Ada perbedaan antara ishbiru dan shaabiru. Ishbiru hanya dari satu pihak yaitu menahan diri dari sesuatu. Sedangkan shaabiru berasal dari dua pihak yaitu bersabar atas gangguan orang lain misalnya bersabar ketika bertemu musuh.
– Kita diperintahkan tsabat, terus kokoh dalam menghadapi orang yang ingin menentang syariat.
– Ayat ini menunjukkan keutamaan orang yang melakukan ribath. Bentuk sederhananya adalah menunggu satu shalat ke shalat berikutnya. Bisa pula bentuknya adalah menjaga pos dari musuh.
– Ada akibat yang baik (falah, keberuntungan), bagi orang yang sabar, mushabarah, murabathoh (melakukan ribath), dan bertakwa. Berarti luput dari salah satu sifat ini, luput dari keberuntungan secara keseluruhan atau sebagian.
– Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka ia akan menjadi orang beruntung ketika bertemu dengan Allah.
– Ayat ini menunjukkan amalan secara bertahap, dari yang ringan hingga yang berat, mulai dari sabar, mushabarah, murabathah, dan takwa.
– Kalimat laallakum tuflihun, semoga kalian beruntung, menunjukkan bahwa hal itu pasti akan terjadi jika terpenuhi syarat dan Allah tidak mungkin mengingkari janji-janji-Nya.
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
Referensi: Tafsir As-Sadi; Tafsir Az-Zahrawain; Muhammad Abduh Tuasikal