Kebimbangan Udang, Lobster, dan Belacan
telah kutanyakan pada udang-udang yang berteduh di sebalik karang
“bagaimana rasanya hidup dalam lautan lumpur timah?”
sedang belacan lalu lalang di sepanjang pantai
ia menunggu kabar para udang
yang masih betah menyeruput ampai timah
dan memainkan nasib
di selang-selang kapal isap
belacan bimbang, sehelai tubuhnya tak lagi jatuh di permukaan dapur
orang-orang telah mulai berhadapan
dengan warung-warung pendatang
yang menjual lidah-lidah baru
sebuah rasa yang memainkan kehangatan baru
lalu orang-orang berhenti menginginkan udang
yang lemah di sebalik karang, kapal isap, dan pantai
belacan menyandarkan diri
pada tubuh udang-udang
untuk mendengarkan rintihan
yang lalu lalang
sepanjang siang malam, sepanjang pantai, sepanjang tambak lobster
: yang sama bimbangnya
— ia terkurung dalam rumahnya
yang paling modern
(dengan aku yang sama
bimbangnya)
Toboali, 12 Juni 2022
——————————-
Dian Chandra, seorang arkeolog mandiri bernama lengkap Hardianti. Puisinya berjudul Panel No. 3 menjadi juara dua dalam event 30 hari menulis puisi di platform Opinia (2022). Beberapa puisinya dapat ditemui di Kompasiana, Opinia, dan laman website pribadinya. FB: Dian Chandra. Email: [email protected]. *
Baca: Puisi-Puisi Karya Bidan Bunda