Senja Terakhir Bercerita
Senja terakhir bercerita
hujan tak jadi
ketika orang-orang menunggu
untuk mandi atau bersuci
Seseorang tak putus asa mengukir mimpi
diiring doa yang mawar
nanti ternyata Tuhan berkenan kabulkan
Sebaris namamu selalu hinggap di ingatan
maka memaksa aku rindu; jadi terkenang-kenang
menikmati keindahan senyummu
dengan hati berbunga
Selandar, Melaka, 2 Jun 2023
Sepanjang Musim Bunga
Sepanjang musim bunga aku dikepung duri
tercabar juga ungkap setia kemarin melompat dari lidah
tapi sedikit tak gentar malahan telah dijadikan indah
ada sejuta embun menetes
padamkan keluh kesah
Aku belajar selami lautan temukan makna perasaanmu
bimbang pantai berubah wajah setiap berganti tahun
seperti ombak menghempas tubuh
mimpi ngeri ini belum cukup kuat untuk kuhadapi
tapi aku yakin kau sungai jernih
sentiasa mengalir ke muara keikhlasan
aku berusaha menjelma hujan
agar kemarau tak menggugat keindahan alam
Selandar, Melaka, 10 Jun 2023
Di Tengah Kepekatan Sunyi Sekitar
Alam dalam genggam kelam
isakan rinai merambat banjiri kepiluan;
sudut itu suram sebaik pelita terpadam
inikah takdir atau memang satu ujian?
ubat yang pahit kuhirup jua
moga jadi sihat kembali kuat
Di tengah kepekatan sunyi sekitar
batinku kelabu tapi biru
mengenang nasib surau tua di desa
dari hari ke hari bertambah sepi kehilangan jemaah
ramainya anak kecil harapan masa depan
menenteng kitab tua riuhkan kelas mengaji
bintang-bintang gugur ke bumi
tak berganti lagi
Orang-orang kini ternyata sibuk menangkap mimpi
hidup di dunia sendiri yang mewah lagi megah
tinggalkan rumah Tuhan penuh nilai murni
menunggu detik jatuhnya noktah
Melaka, Malaysia, 1 Jun 2023
Setelah Kau Tiada
Kemarin kau jelma selimuti sendiri ini
di luar mimpi sedangkan suara rayuku benar-benar kering
mungkin tak tega biarkan malam sunyi tak disentuh bulan
seperti haus di bawah terik hari
sedangkan sungai mengalir debu
Tak sekadar itu malahan menabur kata-kata bijak
langkah usah diselitkan di pinggang
sebab hidup itu memburu harapan di hati
seperti semua orang esok harus berwarna gemilang
tanpa atap tiris waktu gerimis
angin retak dan sayap patah
Setelah kau tiada
tinggalkan bekas luka kehilangan besar dalam batin
hari-hari dihadapi begitu suram berbaur sunyi
aku tidak menangis
melainkan menunggu di sini
bilakah cahaya muncul lagi
Kota Bharu, Kelantan, 28/5/2023
———————————-
Mohd Adid Ab Rahman bermukim di Melaka, Malaysia. Pernah menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Banda Aceh dalam bidang Dakwah dan UTM, Skudai, Johor (Universiti Teknologi Malaysia). Seorang pesara guru KPM (Kementerian Pendidikan Malaysia). Berminat dalam bidang puisi sejak masih belajar di sekolah dan sekarang menjadi ahli Ikatan Persuratan Melayu Melaka. Puisi-puisi pernah muncul di Berita Harian, Utusan Borneo, Harian Ekspres, Mingguan Malaysia, majalah Dewan Sastera, Tamadun Islam, Wanita dan lain-lain. Majalah online seperti LamanRiau.com, PotretOnline com, Kosana.my.id., sksp-literary.com, Sabah360 online, Suarakrajan online dan Riausastra.com. Sudah mempunyai puluhan antologi bersama di antaranya Antologi C Antagonis (ASWARA 2020), Bahtera Merdeka (Tinta Karya 2020) ,Pasrah (PTK 2020), Citra Yang Tak Padam (Narangkai Publications 2021), Sejernih Embun (KS 2021), Menjunjung Langit (Pena Padu 2022), Tangisan Tengkujuh (Pena Padu 2022), Jendela Enggan Tertutup (Kembara Sastera 2023), Aksara untuk Ummah (Ulul Albab Publication Mei 2023). *
Baca: Puisi-puisi Karya Mohd Adid Ab Rahman, Melaka (Bag.10)