Puisi-Puisi Karya S Mandah Syakiroh

Ilustrasi

Mata Ibu

Di mata ibu,
seorang anak selalu menjelma bayi
tangisnya adalah haus air susu
tawanya membekuk segenap sendu

Saat dunia mengukir luka di lututnya
tangan ibu menjelma apotek dua puluh empat jam
yang sedia obat paling mujarab.

Di mata ibu,
seorang anak selalu menjelma bayi
tak akan pulas sebelum wujud qidam baqa’
mengalun dari mulut ibu bak suara gerimis

Laju usia tak berlaku.
bengkel dalam tubuh ibu selalu terbuka
bagi roda mimpinya yang gemar mangkrak itu.
2024

Riwayat Bunga Kamboja

Konon ia lahir ketika seorang perempuan
menangis setiap hari. dadanya dangau bening
memantul rembulan
terguncang oleh sebuah perpisahan

Di hadapan pusara kasihnya,
ia memunggungi semesta yang menuju punah.
deras air mata menembus ke dasar tanah.
lalu hiduplah bebunga yang mengasuh kesetiaan
pada kuning-putih kelopaknya: kamboja.

Konon ia lahir untuk merawat yang tak pernah mati.
setiap sore melalui aroma sunyi,
ia nyanyikan pesan rindu pada para pelawat
yang mengemban biru legam dalam dada
2023

Kotaku sedang Berangin, Sementara Aku terus Berangan

Kotaku terbuat dari suara laut yang dicampur
dengan setitik rasa asing. setiap pagi
wajah seorang putra keraton membayang
di balik kembang randu yang mulai layu.

Debar pesisir menyergapi gapura pasar-pasar tua
yang menuju pulas di pojokan.
sementara aku kerap gagal membaca ciri
sebuah pedati yang hendak melintas malam ini

Kotaku sedang berangin. garis-garis awan
yang membujur dari timur ke selatan
menjatuhkan hawa dingin yang asin.
sementara aku terus berangan: datang riuh ombak
melumati bibir pantai yang kering terbakar oleh takdir
2024

Jalan

Tidak lagi bisa dihitung
malam yang jatuh di kotaku.
jalan terlanjur menjadi ular
dan kita hanya mampu mengekor pada alur
2024

Bukan Sajak Rindu tapi Rindu

Rindu ini tinggal menggelepar dalam kepalaku,
dengkingnya lenguh merambati
segunduk lepuh yang tak kunjung sembuh

Puisiku sedang tak ingin mengingat apa-apa.
kecuali guruh hujan yang pernah dihentikan
oleh bibirmu pada suatu hari yang sarat belukar itu

Tubuhmu kini menjelma potongan-potongan
yang membentuk kota kecil. di hadapan sebuah jendela
adalah laut yang siap melayarkan segenap kenangan
tentangmu,
tapi entah ke mana
2024

Maskumambang Sebelas

Ruh merebah pada segumpal daging
kemudian dunia perlahan samar berbisik,
“berpuas-puaslah di rahim ibu. sebab di sini,
segala sesuatu tidak mudah selesai.
kecuali kau benar merelakan.”

Sebelas adalah waktu paling puisi.
mari sejenak henti dari sesak napas dan
hidup yang merupa cinta penuh alergi.
gurat basah yang purna di dahi dan pipi
sudah kering berkali-kali.

Dari ruh menjadi tubuh.
sebelas ke sekian berhasil ditempuh sambil
beriring suara penuh aduh.
matari tak juga khatam berkayuh, hanyalah
berpintal doa yang tanggal di ransel lusuh
Cirebon, Juli 2024
—————————-
S. Mandah Syakiroh, kelahiran Cirebon pada 11 Juli, alumnus Komunitas Ranggon Sastra. Saat ini aktif dalam kepengurusan Perpustakaan Buntet Pesantren Mbah Din dan juga sedang belajar menjadi seorang guru di MTs NU Putri 3 Buntet Pesantren Cirebon. Puisi-puisinya juga dimuat di beberapa media digital dan cetak. Antologi puisi pertamanya adalah Sabda Mendung (2022).*

Baca: Puisi-puisi Karya Riska Widiana

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews