LAMANRIAU.COM – Tabrakan udara antara sebuah helikopter militer dan pesawat jet komersial pada Rabu 29 Januari 2025 yang menewaskan seluruh 67 orang di kedua pesawat. Dalam insiden tersebut, pesawat American Airlines membawa 60 penumpang dan empat awak, sementara tiga tentara berada di dalam helikopter Black Hawk.
Melansir AP News, tim penyelamat telah menemukan setidaknya 28 jenazah di perairan Sungai Potomac. Dugaan awal menyebutkan bahwa helikopter memasuki jalur penerbangan pesawat jet, yang akhirnya menyebabkan tabrakan di udara.
Penyelidikan kecelakaan ini diperkirakan akan berlangsung selama berbulan-bulan, sementara penyebab pasti masih belum diketahui.
Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dan menyebut peristiwa ini sebagai “momen berduka” bagi negara.
Ia juga mengkritik kebijakan keberagaman di Administrasi Penerbangan Federal (FAA), dengan klaim bahwa kebijakan tersebut berkontribusi terhadap penurunan standar keselamatan penerbangan.
Para pejabat menegaskan bahwa cuaca saat kejadian cerah. Helikopter dalam insiden ini dikendalikan oleh seorang pilot berpengalaman yang terbiasa dengan lalu lintas padat di Washington.
Meskipun batas ketinggian helikopter ditetapkan pada 200 kaki, masih belum jelas apakah aturan ini dilanggar.
Kecelakaan terjadi di salah satu wilayah udara paling diawasi di dunia. Data penerbangan menunjukkan bahwa pesawat jet berada di ketinggian sekitar 400 kaki dengan kecepatan 140 mph saat tabrakan terjadi. Kurang dari 30 detik sebelum insiden, petugas lalu lintas udara sempat memberikan instruksi kepada helikopter, tetapi tabrakan tetap tak terhindarkan.
Menteri Pertahanan menyatakan bahwa ketinggian pesawat kemungkinan menjadi faktor utama dalam kecelakaan ini. Sementara itu, Menteri Transportasi Sean Duffy mengungkapkan bahwa ada indikasi awal mengenai penyebab insiden, namun belum memberikan rincian lebih lanjut.***
Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim