Puisi-Puisi Karya Apriliana Soekir

Ilustrasi Kota Surakarta malam hari.

Malam Surakarta

Rumpang kalimatku dikepung haru
Desdas-desus tentang bangsaku
Sampai kepada gang-gang buntu
Menyela tumbuh kembang kian melayu
Pandangannya kian memilu
Selalu kutanya,
Sudah berapa kali terpalu?
Lalu ku antar di depan pintu
Berlinang ruai tak beruas-ruas
Wajahnya yang tampan tak menawan
Hanya itu yang setiap hari ia adukan
“Aku hanya seorang pria yang dipaksa berhenti pulang”
“Tidak kekasih, rumahmu adalah dirimu sendiri”
Ludah diminum, jari ditelan
Keringat basah berhasrat
Rasanya pahit menggurat jidat hingga pelipis
Terpaut luka sayat
Melayari tubuh dengan seonggok nyawa dibasuh gerimis

Sebuah Jahitan

Lihatlah segala warna hitam putih lebih dekat
Ada banyak mata yang akhirnya lebih sehat
Mereka sengaja bersenandung untukmu
Ada dinding yang bisa kau hirup
Ada dipan yang bisa membuatmu hidup
Tentang pola jahitan remeh-remeh
Pada kain-kain yang aromanya sewangi teh
Dunia yang tak sanggup kau tenun
Dunia yang tak sanggup kau jahit
Dunia yang tak sanggup kau ikat
Kemudian mereka menudirimu
Dan kau terlentang menelisik indah
Terkadang untuk menyelimuti orang-orang
Terkadang jadi tempat pulang
Terkadang kau gemar dibuang-buang
Mari kita buat rumah dan bercinta seperti hewan
Kuasah pisau panjang
Kini aku siap berperang
Sebab kekasihku diculik orang!

Hidangan

Dari pembaringan sangkarku
Angin masa lalu masih terus mengejarku
Kau hidangkan segala yang kau punya
Daging yang basah dan nikmat
Mata yang teduh dan memikat
Bibir yang manis dihirup
Aku menyantap itu semua dengan telanjang tanpa doa
Diiringi kidung merdumu
Sayap-sayapku ingin mekar
Tapi bayangan di belakangku tampak kuat mencakar-cakar
Segala pikiran dibuat gusar
Belum sempat kuikat tali di lehermu, dadamu dan hatimu
Kau sudah membawa makanan seluruh rumput
Menumbuhkan bunga bermekaran hebat
Di ladang dadaku
O, lelakiku!

Perihal Langit

Aku akan menggulung langit malam
Seperti karpet dari Turki dan menjualnya kepada pelancong-pelancong muda
Akan kulepaskan binatang buas dari diriku
la pernah tidur bertahun-tahun di rumah ibadah
Selalu lolos dari perangkap cahaya dan kumandang azan

Aku belajar dengan cara mengabaikan
Mudah menyenangkan dan memberi junjungan
Tetapi sekarang aku ingin berhenti sejenak
Mengingat nama mereka yang tertelan pasir hisap pikiranku
Ada hutan hitam di kepalaku
Waktuku penuh tengkorak
Kakiku bagai tonggak yang siap menjatuhkan diri

Kepalaku pernah lebih ringan dari kapas
Juga kadang lebih berat daripada besi
Namun bisa sesejuk angin sepoi-sepoi di sekitar sawah sore hari
Begini ramalan cuaca pekan ini
Besok, udara lebih cerah dari senyum bayi
Lusa, langit remaja jatuh cinta-ceria, panas, dan mendung meraja
Kamis, penuh awan berbentuk tanda baca koma
Jumat, curah dari awan mendung
Sabtu, alam penuh api dan apapun yang menyerupai itu
Minggu, tidak ada cuaca sebab banyak orang bercinta

Hati-hati Angka bunuh diri langit bisa tiba-tiba meningkat
Sebab dewa langit banyak yang membiayai doa
Tapi aku akan berjalan-jalan di cakrawala
Ketika matahari mendarat di topiku

Aku akan menggulung langit malam seperti karpet Turki juga
Sebagian bintang bintang kau akan berjatuhan
Setengahnya meteor akan mewarnai
Dalam cahaya sekarang senyum terakhirmu, ada sesuatu yang tampak seru
Dalam cahaya sekarung sarungmu,
Ada sesuatu yang tampak pilu,
Mengerikan dan menantang
Aku untuk pertama kali, kaupahami

———————————-

Apriliana Soekir lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 29 April 1999. Masih berstatus mahasiswi dari Universitas Kehidupan, Jurusan Kemanusiaan. Setelah menerbitkan novel pertamanya yang berjudul “Kenapa Harus Perempuan”. Beberapa puisi karyanya termuat dalam koran harian terbitan Fajar Makassar yang berjudul “Pelukan Sunyi” dan “Bergulat Dengan Rindu”. Puisi berjudul “Sederhana, Kepada Ruang Singgah dan Teropong Waktu” termuat dalam koran harian terbitan Suara Merdeka. Cerpen berjudul “Lajang yang jalang” termuat dalam koran harian terbitan Radar Kediri. Cerita pendek, quotes, dan karya-karyanya yang berupa tulisan tersebar di berbagai media masa nasional serta dapat dijumpai di Instagram @AprilianaSoekir atau dapat dihubungi melalui e-mail [email protected]. *

Baca: Puisi-Puisi Karya S Mandah Syakiroh

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews