LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Meski ditegaskan tak akan mencampuri suksesi kepemimpinan Partai Golkar, namun restu sang presiden dinilai menjadi faktor penting bagi calon ketua umum partai berlambang pohon beringin ini di periode 2019-2024.
Menurut pengamat politik Bawono Kumowo, faktor presiden tak dipungkiri bersinggungan saat pergantian pucuk pimpinan Golkar sebelumnya, yakni ketika Setya Novanto digantikan Airlangga Hartarto.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa dukungan moril dan politik dari Presiden Jokowi merupakan hal tidak terpisahkan dari proses pencalonan ketua umum sebagaimana ketika terjadi suksesi dari Setnov kepada Airlangga Hartato beberapa tahun lalu,” ujar Bawono, Kamis (18/7).
Peneliti Habibie Center itu berpandangan, posisi Ketum Golkar sangat penting di lingkaran presiden. Sebab Golkar dan PDIP akan menjadi tumpuan presiden dalam mengamankan kebijakan pemerintahan yang diusulkan ke parlemen, termasuk soal RAPBN.
Soal Caketum yang saat ini beredar, Bawono melihat posisi petahana, Airlangga akan sedikit terganjal dalam mencari restu Jokowi di bursa calon Ketua Umum Golkar. Hal itu tak terlepas dari kinerja Airlangga dalam memenangkan Jokowi-Maruf di sejumlah basis Golkar di daerah.
“Hasil Pemilu 17 April kemarin tentu menjadi salah satu bahan evaluasi Presiden Jokowi dalam memberikan dukungan moril dan politik tersebut. Dalam konteks itu kekalahan Jokowi di sejumlah provinsi basis politik Golkar, seperti Sulawesi Selatan dan Riau bisa jadi akan memengaruhi pemberian dukungan moril dan politik tersebut,” jelas Bawono.
Lebih lanjut Bawono mengatakan, kemungkinan Presiden Jokowi menjadi tak nyaman dengan kepemimpinan Airlangga di Golkar.
“Hal itu akan menjadi salah satu penentu dari penilaian Presiden Jokowi apakah Airlangga Hartarto masih dapat diandalkan atau tidak dalam membantu mengarungi lima tahun pemerintahan mendatang, terutama menghadapi berbagai dinamika politik di DPR RI dalam proses pembuatan undang-undang atau kebijakan,” tandasnya. (rmol)