Batang Sawit Ternyata Punya Nilai Ekonomi Tinggi

LAMANRIAU.COM, MEDAN – Ternyata, kelapa sawit tak hanya buahnya saja yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Batangnya bisa digunakan sebagai pelet yang peluang pasarnya cukup terbuka di Jepang.

“Pembuatan pelet dari bahan baku berupa batang kelapa sawit sudah diuji dan tampaknya diminati Jepang,” ujar Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun di Medan, Sumatera Utara (Sumut), kemarin.

Uji coba pembuatan pelet sudah dilakukan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan bekerja sama dengan DMSI serta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKA) dan sudah diperkenalkan ke Jepang. Dan, negeri Sakura itu tertarik dengan produk tersebut.

Derom menegaskan, pembuatan pelet dari batang kelapa sawit dan di ekspor akan memberi banyak manfaat besar bagi rakyat dan pemerintah Indonesia.

Salah satu manfaatnya adalah untuk mendukung program peremajaan alias replanting, baik oleh petani secara mandiri, perusahaan dan program peremajaan kelapa sawit yang dilakukan pemerintah.

Replanting, katanya, membutuhkan biaya besar untuk menyingkirkan dan mencincang pohon sawit.

Jika tidak disingkirkan, katanya, pohon sawit yang ditumbangkan akan menjadi sarang oryctes ataupun kumbang tanduk yang membahayakan bagi tanaman kelapa sawit muda.

“Jadi jika ada pengusaha yang membuat pabrik pelet dari batang kelapa sawit dan dijual khususnya untuk ekspor, maka akan muncul pengumpul pengumpul batang kelapa sawit yang membeli batang sawit ketika petani atau perusahaan melakukan replanting,” ujarnya.

Dengan kondisi seperti itu, maka petani mendapat dana tambahan khususnya untuk membiayai replanting kebunnya. “Investasi pabrik pelet menjadi menarik karena besarnya potensi bahan baku yang tersedia,” katanya.

Dari luas perkebunan kelapa sawit yang menurut keterangan resmi pemerintah mencapai 16,3 juta hektar dengan kecepatan replanting 4% per tahun, maka ada replanting seluas 640.1000 hektar setiap tahunnya.

Kalaupun replanting hanya 3,2% per tahun, maka luas yang direplanting setiap tahun sekitar 500.000 hektar.

“Kalau minimal 100 pohon sawit per hektarenya, maka yang di tumbang berjumlah 50 juta pohon per tahun dan itu sangat memadai untuk investasi,” katanya.

Derom menegaskan, investasi pelet itu akan semakin menguntungkan, jika ada pabrik pelet yang portable alias mudah dipindahkan. (ILC)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *