Industri Sawit Masuk Musim Paceklik Global

LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Tahun ini, perselisihan antara OPEC dengan Rusia serta pandemik Corona di dunia, memicu perlambatan ekonomi global. Alhasil memantik kepada penurunan konsumsi minyak nabati, terutama minyak nabati yang diimpor.

Hal itu disampaikan Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Memasuki 2020, harga minyak mentah sawit alias Crude Palm Oil (CPO), sempat meningkat rata-rata US$830/ ton Cif Rotterdam (Januari) dibandingkan Desember 2019 sebesar US$787/ton.

“Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi,” kata Mukti.

Sedangkan produksi CPO pada Januari 2020, lanjutnya, naik tipis ketimbang produksi Desember 2019. Yaitu 3,48 juta ton dibanding 3,45 juta ton. Konsumsi domestik juga sedikit naik dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton (+1,8%). Sementara ekspor turun signifikan dari 3,72 juta ton menjadi hanya 2,39 juta ton (-35,6%).

“Penurunan ekspor terjadi pada CPO, PKO, biodiesel, sementara oleokimia naik dengan 22,9 persen,” terang Mukti.

Penurunan ekspor, kata dia, terjadi hampir ke semua negara tujuan. Mulai dari China turun 381 ribu ton (-57%), Uni Eropa turun 188 ribu ton (-30%), India turun 141 ribu ton (-22%), dan Amerika Serikat turun 129 ribu ton (-64%). Hanya ekspor ke Bangladesh yang naik 40 ribu ton (+52%).

“Penurunan ekspor yang cukup drastis pada Januari 2020, kemungkinan karena masih tersedianya stock di negara-negara importir utama, atau importir menunggu respon pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia,” papar Mukti.

Terkait dengan pandemi Corona, lanjutnya, BNPB mengkhawatirkan bahwa cekaman covid-19 di dalam negeri akan berlangsung sampai lebaran, sementara banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemik corona akan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni.

“Situasi ini dikhawatirkan akan menekan harga minyak nabati termasuk minyak sawit.
Beberapa bulan lagi. kita akan masuk ke musim kemarau 2020 dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi momok yang menakutkan,” ungkapnya.

Pembukaan lahan dengan sistem bakar oleh masyarakat, kata dia, harus dapat dihindari. Meskipun, peraturan perundangan masih memungkinkan untuk pembukaan lahan di bawah 2 hektar. Perusahaan perkebunan perlu memperkuat kembali koordinasi dengan instansi terkait dan memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran yang dimilki.

Upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit dalam membangun Masyarakat Peduli Api, Desa Peduli Api dan sejenisnya perlu terus dikembangkan dengan melibatkan lebih banyak lembaga masyarakat formal dan non formal.

Dengan koordinasi yang baik dan keterlibatan lebih banyak masyarakat diharapkan insiden karhutla 2020 akan dapat ditekan, bahkan dihindari. Mudah-mudahan. (ILC)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *