LAMANRIAU.COM, SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan pemotongan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) bukan persoalan besaran nominal atau persentase pemotongan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), tapi bagaimana empati dan sensitivitas kepada sesama anak bangsa ditengah pandemi Covid-19.
Sebelumnya Ganjar Pranowo mengusulkan pemotongan gaji Aparatur Sipil Negara kepada Pemerintah Pusat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, Kamis (30/4/2020).
Menurut Ganjar, di masa pagebluk (bencana) ini, salah satu kekuatan besar yang dimiliki negara adalah para ASN.
Sejatinya, menurut Ganjar, yang diharapkan dari pemotongan gaji ASN adalah spirit berbagi saat negara dalam kondisi krisis. Untuk pemotongan pendapatan Ganjar mengambil contoh ASN golongan tiga. Dengan penyebutan contoh tersebut, diharapkan seluruh ASN apapun golongan dan jabatannya terketuk untuk berempati lebih.
“Sebenarnya bukan soal golongannya, bukan persentasenya. Kalaulah soal gradual bisa dilakukan, dimulai saja dari pejabatnya dulu. Maka tadi ada yang nanya, gubernur berani tidak gajinya dipotong 85 persen. Maaf, untuk gaji tidak pernah saya ambil sejak 2013, saya kembalikan,” kata Ganjar.
Bahkan Ganjar Pranowo menegaskan jangankan sekadar gaji, seluruh pendapatannya pun siap dipotong untuk penanganan Covid-19.
Asumsi Ganjar Pranowo, jika seluruh kepala daerah, bahkan sampai pusat juga punya komitmen seperti itu pasti akan memberi energi positif pada penanganan pandemi dan akan diikuti oleh jajarannya. Dengan langkah demikian betapa banyak kebutuhan masyarakat yang bisa tercukupi.
“Ini untuk menunjukkan komitmen, tidak perlulah kita bicara satu tahun, tapi satu bulan, dua atau tiga bulan itu sudah bagus kita untuk mengkontribusikan itu. Maka problem yang ada di masyarakat bisa di-insert dengan rasa kemanusiaan dan persatuan yang kita miliki, maka masyarakat bisa merasakan kita hadir.” katanya.
Meski ada yang sepakat, Ganjar pun tidak memungkiri ada sebagian pihak yang menolak usulannya tersebut.
Pemerintah Pusat pun juga belum memberi tanggapan untuk hal itu. Tapi karena sebagai masukan, Ganjar Pranowo berharap usulan itu dipertimbangkan betul-betul agar jadi pemicu semangat untuk berempati dalam kondisi yang tidak bisa diprediksi.
“Empati intinya. Kita tunjukkan profesionalisme. Jangan lagi nanti bicara soal distribusi yang repot. Kan yang mengurus data kita, tugas dan kerjaan kita. Maka ayo tunjukkan itu. Kita tunjukkan bahwa ya kita profesional. Artinya sensitivitas ini mesti kita bangun sebagai anak-anak bangsa secara bersama-sama,” katanya.
Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan merelokasi dan merealokasi anggaran untuk penanganan agar semakin banyak masyarakat diselamatkan.
Pemprov Jateng telah merealokasi anggaran sebesar Rp 2,2 triliun untuk penanganan Covid-19.
Dana sebesar itu, kata Ganjar Pranowo, belum dipastikan cukup, karena sampai saat belum satu pakar pun yang bisa memastikan berakhirnya wabah ini.
“Saya khawatir, yang diprediksi Juni akan selesai, justru di Jateng baru sampai puncak, apalagi seperti yang disampaikan Pak Yuri (Achmad Yurianto) dari Gugus Tugas, Semarang bisa jadi episentrum baru. Karena transmisi lokal telah terjadi,” kata Ganjar Pranowo. (BSN)