Spirit Bangkit

visi vokasi

ALHAMDULILLAH; kita masih dapat numpang berteduh di bawah tudung payung NKRI. Sebab itu kita mesti merawat tudung payung itu.

Agaknya tak dapat dinafikan bahwa tiga tahun belakangan ini hampir semua negara di berbagai belahan dunia mengalami keterpurukan, baik karena bencana alam maupun akibat ulah kita sendiri.

Keterpurukan karena alam tentu berkerja melalui kekuatan supranatural untuk menguji ketangguhan dan kesabaran makhluk ciptaan-Nya. Atau mungkin juga sebagai peringatan bagi yang lalai.

Badai made in ALLAH itu pasti akan berlalu. Yang tidak pasti itu adalah badai made in Manusia. Puncanya hanya dua, tahta dan kuasa.

Akibatnya, sampai hari ini kita belum juga betul-betul merdeka dari lilitan krisis yang terus melemahkan semangat bangkit, tegak, dan berdaulat di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Di atas permukaan, katanya Pancasila telah disepakati sebagai Ideologi harga mati. Tapi di bawah permukaan, benih-benih Ideologi altenatif terus ditabur dan dipupuk.

Kleptokrasi masih terus mencungkil dan menggerogoti sistem pemerintahan demokrasi melalui amalan politik praktis the winner takes alls.

Ekonomi Pancasila untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat makin mengecil oleh ekonomi oligarki yang kapitalistik bagi kesejahteraan segelintir orang.

Tenun sosial semakin melonggar oleh politik identitas dan primordialisme. Budaya mediokritas semakin dominan dengan orientasi kepentingan jangka pendek.

Konstruksi Ketahanan Nasional semakin rentan karena nilai-nilai kearifan lokal mengalami dekonstruksi dan termarjinalisasi oleh pembangunan yang memberhalakan ekonomi ekstraktif.

Keamanan darat, laut, dan udara masih mencemaskan kehidupan wilayah perbatasan. Kekuatan alutsista masih kalah banyak dan mutakhir.

Kalau tak bijak, bukan mustahil lingkaran krisis akan semakin kusut-masai menjelang pemilu 2024 melalui percikan api politik identitas dan transaksional.

Perilaku yang tidak otonom, sikap-sikap imitatif, tidak asli, tidak menunjukkan isi hati yang sebenarnya alias tidak jujur makin marak di kantor-kantor, di pasar, di tempat tinggal, dalam organisasi, dan bahkan di kampus-kampus.

Untuk bangkit dari aneka keterpurukan, maka dibutuhkan kesadaran kolektif untuk bersama-sama bangkit dari keterpurukan.

Proklamator Mohammad Hatta sudah pun mengingatkan:
“Krisis ini dapat diatasi dengan memberikan kepada negara pemimpin yang dipercaya Rakyat!. Oleh karena krisis ini merupakan krisis demokrasi, maka perlulah kehidupan politik diperbaiki, Partai-Partai mengindahkan dasar-dasar moral dalam segala tindakannya.”

Maka benar lah kata Proklamator Ir. Soekarno:
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Tidak ada pilihan mundur untuk berhasil keluar dari keterpurukan, kecuali bangkit maju sambil berharap semua keadaan menjadi lebih baik dari masa ke masa.

“Dasar bagi suatu keberanian adalah inisiatif perorangan. Jika kita tidak berani bertindak seorang diri, kita tidak mungkin dapat bertindak bersama-sama” ~John C. Maxwell

Apa Maciam…?***

Baca: Setelah Kelulusan

#Kolom23

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *