Dipaksa Makan Babi dan Tikus, Serta Diancam Setrum

Korban sindikat penipuan pekerja, Mohammad Farhan Azman, menceritakan kisah pilunya. (Sumber Foto: HMyMetro)

LAMANRIAU.COM, BATU PAHAT – Setiap hari dipaksa makan daging babi, tikus dan ayam yang tidak halal selain diancam setrum dan dipukuli jika melawan. Itulah salah satu penderitaan Mohammad Farhan Azman, 20, bersama 15 warga Malaysia yang menjadi korban sindikat penipuan pekerja di Myanmar selama 4 bulan.

Korban mengatakan belum cukup, ia mengaku ada korban perempuan Malaysia, termasuk anak di bawah umur, yang dijadikan budak seks oleh sindikat disertai sekelompok laki-laki berpakaian tentara dan bersenjata M-16 serta senjata laras panjang.

Farhan mengisahkan saat-saat kelam selama empat bulan dalam hidupnya, dia berhasil melarikan diri bersama warga desanya dari lokasi kejadian di KK Garden Myanmar. Pengalaman itu membuatnya trauma.

“Bagaimana nasib teman-teman yang lain sekarang, karena ketika bekerja di gedung berlantai empat yang dikelilingi pagar kawat berduri itu seperti penjara, hanya ada satu jalan keluar dan masuk.

“Kami yang berusia 18 hingga 26 tahun tidak bisa melarikan diri dan dijaga ketat 24 jam sehari oleh orang-orang bersenjata yang berpakaian tentara,” kata Farhan seperti ditulis Harian My Metro, Minggu 22 Januari 2023.

Dia mengatakan, dirinya dan empat temannya dari distrik ini tiba di Bangkok, Thailand pada 13 September tahun lalu dengan penerbangan langsung dari Bandara Internasional Senai. Setelah itu mereka naik kendaraan roda empat ke Mae Sot Thailand dan bermalam di hotel murah, berangkat jam 6 pagi keesokan harinya.

“Kami dibawa melewati kawasan hutan, tebu, dan ladang jagung sampai kami mencapai sungai di perbatasan Thailand-Myanmar, dan saat itulah kami mengatakan menjual itu legal.

“Begitu kami sampai di sungai, sekelompok pria bertopeng menyerbu kendaraan dengan wajah galak, mengambil tas dan menyuruh kami naik ke perahu.

“Setelah 20 menit, kami tiba di suatu daerah di mana kami disambut oleh banyak pria berpakaian tentara dan bersenjata yang menyuruh kami mengikuti mereka dengan kendaraan roda empat.

“Di setiap kendaraan ada delapan orang termasuk dua ‘prajurit’ bersenjata dan ada lebih dari tiga kendaraan.

“Setelah kurang lebih tiga jam kami sampai di kompleks mirip penjara yang memiliki semua fasilitas seperti rumah, tempat rekreasi, restoran dan sebagainya,” ujarnya.

Farhan berkata, mereka awalnya dijanjikan pekerjaan sebagai pembersih kamar hotel di Singapura dengan gaji US$2.000 atau berkisar Rp 23 juta sebulan.

“Untuk menipu kami, sindikat itu berpura-pura mengurus makanan dan minuman selain memberi kami uang belanja RM2.000 ketika mereka tiba di Bangkok.

“Kami bekerja sebagai ‘penipu’ untuk mencari korban dari negara-negara Eropa dengan menjual produk apapun yang sangat murah

“Setelah korban melakukan transaksi online di link palsu yang diberikan dan saat itu sindikat akan ‘menguras’ rekening bank korban,” tambahnya. ***

Editor: Fahru Rozi/Sumber: Harian My Metro

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews