Hikmah  

Mendapatkan Pahala Melalui Beritikaf selama 10 Hari Terakhir Ramadhan

LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Beritikaf merupakan praktik keagamaan dalam Islam di mana seseorang menarik diri dari kesibukan dunia untuk mengabdikan waktu secara khusus kepada ibadah dan introspeksi. Praktik ini dilakukan dengan mengisolasi diri di dalam masjid atau tempat ibadah lainnya untuk beberapa hari berturut-turut, terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Selain itu, beritikaf juga memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk menyendiri dalam hening, menjauhkan diri dari keramaian dunia, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dalam suasana hening tersebut, seorang Muslim dapat mendalami pemahaman akan dirinya sendiri, meningkatkan kesadaran spiritual, dan memperkuat ikatan dengan Tuhan.

Dalam 10 hari terakhir Ramadhan, terdapat periode yang dianggap sebagai malam lailatul qadar atau malam kemuliaan. Malam ini memiliki keistimewaan yang besar di mata Allah SWT, sehingga ibadah yang dilakukan di malam lailatul qadr bernilai lebih dari seribu bulan ibadah.

Oleh karena itu, beritikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menghabiskan malam-malam berharga ini dengan ibadah dan doa.

Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:

كاَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih giat (dalam beribadah) pada sepuluh hari terakhir ini yang tidak beliau lakukan pada hari-hari lainnya. (HR. Muslim).

 

Hadits lainnya yang juga diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu anha:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau (tetap) beri’tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, melaksanakan beritikaf selama sepuluh hari terakhir Ramadhan sebanding dengan mengikuti jejak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sehingga setiap orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala.

Namun, beritikaf harus dilakukan dengan penuh konsentrasi dan di masjid, terutama untuk laki-laki. Selain itu, ketika beritikaf, seseorang tidak diperbolehkan untuk melakukan hubungan badan seperti suami istri, sehingga pentingnya untuk melaksanakan beritikaf di masjid agar terjauh dari godaan syahwat.

Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 187).

Maka disarankan bagi orang yang melakukan beritikaf untuk mengisi waktunya dengan berdzikir kepada Allah, membaca Alquran, melakukan sholat, dan mendalami ilmu.***

Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews