LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Harus diakui dan disadari, jujur adalah barang yang belakangan mulai jarang kita temukan. Orang jujur jumlahnya makin berkurang. Bukan saja karena tensi pilpres dan pilkada yang makin dekat. Namun, orang lebih memilih berbohong karena bermain aman dan takut dipecat oleh atasannya.
Fakta ini menggambarkan dengan jelas bahwa stok orang-orang jujur di sekitar kita mengalami pertumbuhan minus. Jika ini dibiarkan begitu saja, maka kebohongan demi kebohongan itu akan menjadi hal biasa dan akan membentuk “kejujuran” baru. Inilah yang disebut kiamat sosial sebelum kiamat yang sebenarnya.
Fakta ini menggambarkan dengan jelas bahwa stok orang-orang jujur di sekitar kita mengalami pertumbuhan minus. Jika ini dibiarkan begitu saja, maka kebohongan demi kebohongan itu akan menjadi hal biasa dan akan membentuk “kejujuran” baru.
Jika kita lihat sejarah, jujur merupakan salah satu sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Bahkan masyarakat Arab menyematkan gelar al-Amin kepada Rasulullah SAW karena kepribadiannya yang jujur dan terpercaya.
Umat Islam yang taat hendaknya meneladan sikap Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam kondisi dunia saat ini yang diterpa krisis moral di mana kecurangan dan korupsi merajalela di semua sendi kehidupan.
Lantas apa yang dimaksud jujur?
Dalam bahasa Arab, jujur berasal dari kata as-shidqu atau shiddiq yang artinya benar atau nyata. Lawan kata as-shidqu adalah al-kidzbu yang artinya dusta atau bohong.
Beberapa ulama mendefinisikan, jujur adalah mengakui dan berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Berkata apa adanya bukan berkata ada apanya ya? Ini berbeda sekali.
Mengatakan kebenaran sesuai fakta yang sebenarnya saat ini tidak mudah. Apalagi hal ini menyangkut nasib dan masa depan pekerjaan dan profesinya.
Inilah kekuatan jujur, yang harus kita bangkitkan kembali di tengah masyarakat kita. Karena, jujur itu mudah. Jujur itu hebat. Jujur itu berkah dan jujur itu membawa ketenangan dan kedamaian bagi semuanya.
Inilah kekuatan jujur, yang harus kita bangkitkan kembali di tengah masyarakat kita. Karena, jujur itu mudah. Jujur itu hebat. Jujur itu berkah dan jujur itu membawa ketenangan dan kedamaian bagi semuanya.
Begitu pentingnya kejujuran, hingga sifat ini termasuk dalam salah satu kriteria orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman dalam Alquran surah al-Ahzab ayat 70.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (di antara perkataan yang benar adalah jujur).”
Di sisi lain, kejujuran juga sangat ditekankan ketika kita bekerja di kantor maupun dalam berbisnis. Seorang pekerja kantoran tidak boleh berbohong untuk bisa naik jabatannya.
Seorang pebisnis juga tidak diperkenankan untuk berdusta demi melariskan barang dagangan dan mendapat untung. Semua itu larangan yang harus dihindari.
Rasulullah SAW pun bersabda, “Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini jelas, untuk meraih keberkahan dalam hidup, baik sebagai pebisnis atau pegawai atau karyawan, caranya dengan jujur.
Hadis lain juga menjelaskan, “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Muslim).
Dari sinilah, kekuatan jujur atau the power of jujur itu harus terus dipelihara dan dijaga agar jangan sampai hilang dari kehidupan kita sehari-hari.
Karena berani jujur itu hebat, berani jujur itu kuat, dan berani jujur itu mendekatkan pada takwa dan jelas akan dirindukan surga.
Kejujuran memberikan ketenangan jiwa karena orang yang jujur selalu mengungkapkan kebenaran dan tidak mempunyai sesuatu yang harus disembunyikan. Orang yang berdusta mempunyai pertentangan di dalam hatinya karena harus terus menerus mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan pikirannya.
Rasulullah SAW pun mengingatkan pada kita semua dalam sabdanya, “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Karena itulah, saya mengajak pada kita semua untuk berani jujur dan setop berbuat dusta. Apapun risikonya, jujur akan memberikan jalan terang masa depan dan sebaliknya dusta akan memberikan jalan gelap masa depan.
Rasulullah SAW pun memberikan garansi enam perkara yang dijamin masuk surga sesuai hadis.
“Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin kepada kalian balasan surga: [1] jujurlah ketika berbicara, [2] penuhilah janji, [3] tunaikan jika dipercaya,
[4] jagalah kemaluan kalian, [5] tundukkan pandangan kalian, dan [6] tahanlah tangan kalian.” (HR Ahmad).
Juga hadis lain, “Sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga.” (HR Bukhari).
Mau hidup sukses dan penuh keberkahan? Mulailah dengan berani bersikap jujur. Bukan yang lain!***
Editor: Fahrul Rozi/Penulis: M.Amrin Hakim