Greenpeace Minilai Pidato Jokowi di COP26 Klaim Omong Kosong

LAMANRIAU.COM, JAKARTA- Greenpeace Indonesia menyebut klaim-klaim Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang disampaikan saat KTT PBB terkait perubahan iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia, pada Senin 1 Novembwr 2021 adalah omong kosong.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia M Iqbal Damanik mengungkapkan klaim-klaim itu mulai dari transisi energi sampai keberhasilan menurunkan angka kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) hingga target rehabilitasi 600 hektare mangrove atau hutan bakau pada 2024 mendatang.

“Boleh dikatakan bahwa klaim-klaim Jokowi seluruhnya adalah omong kosong,” ucap Iqbal dalam konferensi pers Tanggapan atas Pidato Presiden Jokowi di COP 26,

Sebagaimana  dirilis dari Indotoday.com, lebih lanjut, Iqbal menyampaikan, angka penurunan Karhutla sampai 82 persen di tahun 2020-2021 tidak bisa dianggap sebagai keberhasilan Jokowi. Sebab, penurunan angka Karhutla itu lebih banyak dipengaruhi faktor alam.

Begitu pun, kata Iqbal, pada tahun-tahun sebelumnya. Angka Karhutla menurun cukup tinggi ketika musim-musim basah, yakni ketika curah hujan cukup tinggi.

“Di sini intervensi kebijakan terhadap kebakaran hutan itu tidak optimal, tapi betul-betul deforestasi turun saat musim basah. Artinya kebakaran hutan tidak bisa diklaim sebagai Jokowi sebagai keberhasilan,” katanya.

Iqbal juga menyebut klaim yang disampaikan Jokowi dalam pidatonya merupakan data yang diambil sebagian atau ‘cherry picking‘. Artinya, sambung dia, data tersebut tidak merepresentasikan kondisi dan situasi di Indonesia seutuhnya.

Belum lagi, kata Iqbal, karhutla yang terjadi masih di konsesi-konsesi yang sama seperti di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Ia mengatakan kebakaran terjadi di titik yang sama pada 2015, 2019, 2020, dan 2021 ini.

“Agak lucu kemudian Jokowi juga mengklaim bahwa tahun 2020-2021 bahwa terjadi angka bakaran hutan 82 persen. Ini adalah salah satu picking dari data yang tidak lengkap,” ujar Iqbal.

Terkait transisi energi, menurut Iqbal, Jokowi belum memperlihatkan kesungguhan dalam implementasinya. Salah satu yang disoroti Iqbal adalah penggunaan bahan bakar fosil dari batu bara.

Iqbal menyebut, Jokowi lewat Kementerian ESDM dan PLN masih akan membangun 13,8 giga bahan bakar listrik dari bahan bakar batu bara. Padahal, dalam pidatonya Jokowi menyebut akan beralih ke energi baru terbarukan (EBT).

“Ini penanda bahwa Indonesia tidak akan beralih dari industri ekstraktif, tidak akan berkontribusi secara nyata dan betul betul berkomitmen dalam menangani krisis iklim,” jelasnya.(net/jm)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *