WHO Peringatkan Trump Sebut Corona Sebagai Virus Tiongkok

Donald Trump

LAMANRIAU.COM, JENEWA  Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Presiden Donald Trump, agar tidak menyebut virus corona (COVID-19) sebagai “virus Tiongkok”. Penyebutana itu secara tidak langusng dapat mengarah pada rasis.

“Virus tidak mengenal batas dan mereka tidak peduli dengan etnis Anda, warna kulit Anda, atau berapa banyak uang yang Anda miliki di bank. Jadi sangat penting agar kita berhati-hati dalam tutur bahasa sehingga tidak mengarah ke profil individu yang terkait dengan virus,” kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO, Mike Ryan, pada konferensi pers Rabu (18/3/2020) ketika ditanya komentar Trump terhadap orang Asia.

Sejak muncul dari Wuhan, Tiongkok tiga bulan lalu, virus corona telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia, menginfeksi 212.000 orang dan menewaskan 8.727 pada Rabu sore, menurut data yang dikumpulkan Universitas John Hopkins.

Pendiri Microsoft Bill Gates setuju dengan Ryan, yang menulis dalam sesi Ask Me Anything di Reddit pada Rabu bahwa “kita tidak seharusnya menyebut ini virus Tiongkok.”

Sementara Trump mempertahankan pendapatnya soal virus corona pada konferensi pers Gedung Putih yang membahas pandemi Rabu. “Ini sama sekali tidak rasis,” kata Trump, “Tidak, tidak sama sekali.”

Trump ditanya tentang penggunaan istilah “virus Tiongkok” yang terus-menerus diungkapkan meskipun laporan menyebutkan insiden bisa terjadi pada orang Amerika karena diduga menyebarkan virus corona.

“Karena itu berasal dari Tiongkok,” kata Trump kepada reporter yang menanyakan pertanyaan itu kepadanya. “Itu sebabnya.”

WHO sengaja memberi nama generik virus untuk menghindari stigmatisasi suatu negara atau kelompok tertentu. Penamaan tidak merujuk pada lokasi geografis, hewan, individu atau sekelompok orang. CO adalah singkatan dari corona, VI untuk virus dan D untuk penyakit. COVID-19 pertama kali terdeteksi akhir tahun lalu.

“Memiliki nama penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang tidak akurat atau menstigmatisasi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus ketika nama baru itu diumumkan 11 Februari.

Ryan mengulangi seruan WHO untuk membangun solidaritas. “Yang kita butuhkan sekarang adalah mengidentifikasi hal-hal yang perlu kita lakukan untuk bergerak maju dengan cepat, menghindari indikasi hubungan etnis atau hubungan lain dengan virus ini.” (BSC)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *