Wow! Kematian Akibat Corona di AS Lampaui Korban Perang Vietnam

Kuburan massal korban virus corona di New York/NET

LAMANRIAU.COM, NEW YORK  Pejabat AS dan spesialis kesehatan masyarakat telah berulang kali membandingkan upaya mitigasi virus corona (Covid-19) di negara itu dengan dampak perang.

Hingga kini, Covid-19 telah merenggut nyawa warga AS lebih banyak dari korban Perang Vietnam.

Arsip Nasional AS (The US National Archives) mengatakan sebanyak 58.220 tentara Amerika tewas dalam perang Vietnam yang dimulai 1955 dan berakhir 1975.

Sementara hingga Selasa atau Rabu pagi WIB (29/4/2020) pukul 06.00 WIB, korban Covid-19 di AS mencapai 58.705 orang sejak virus itu terdeteksi di Negeri Paman Sam pada Januari, menurut data worldometers.

“Kami sedang perang,” kata Presiden Donald Trump pada konferensi pers Gedung Putih minggu lalu. “Aku menyebutnya musuh tak terlihat. Itu perang, dan itu perang yang berbahaya.”

Covid-19 telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia selama empat bulan terakhir, menginfeksi lebih 3 juta orang dan membunuh lebih 200.000 orang, dengan rata-rata tingkat kematian hampir 7 persen.

Tingkat kematian umumnya turun ketika pengujian meningkat dan lebih banyak pasien diidentifikasi. Pejabat AS memperkirakan jutaan orang kemungkinan terinfeksi virus di negara itu dan belum diidentifikasi.

Dia memproyeksikan tingkat kematian mendekati 1 persen. Covid-19 lebih cepat menular dan mematikan dibanding flu musiman, yang memiliki tingkat kematian sekitar 0,1 persen dan membunuh 290.000 hingga 650.000 orang per tahun di seluruh dunia.

Ketika infeksi menyebar dengan cepat di seluruh AS pada Maret, rumah sakit di New York City dan kewalahan menghadapi lonjakan pasien Covid-19.

Meskipun beberapa negara bagian, termasuk New York, menyebut kasus baru telah memuncak, namun menurunkan tingkat infeksi akan sulit. Demikian diungkapkan mantan Komisaris Administrasi Makanan dan Obat-obatan (Food Drugs Administration/FDA) Scott Gottlieb, kepada CNBC pada Senin. “Kenyataannya adalah masih ada penyebaran Covid-19 ke seluruh negara bagian,” katanya menambahkan beberapa negara bagian itu tidak melihat Covid-19 sebagai wabah besar.

Dia mengatakan, sebagian besar wilayah AS sudah mencapai fase puncak. Namun belum benar-benar menunjukkan penurunan berkelanjutan.

AS melaporkan rata-rata 30.000 infeksi baru dan hampir 2.000 kematian akibat Covid-19 setiap hari, kata Gottlieb, yang duduk di dewan Pfizer dan perusahaan bioteknologi Illumina. “Di seluruh negeri, kita masih berada dalam pergolakan epidemi,” katanya.

Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington memproyeksikan sebanyak 67.000 kematian akibat Covid-19 di AS pada akhir Mei. Gedung Putih telah menggunakan data institut dalam menyusun rencana tanggap darurat Covid-19.

Di saat Covid-19 terus menyebar, aktivitas ekonomi beberapa negara bagian akan dibuka kembali pada minggu ini. Wakil Presiden AS Mike Pence pekan lalu mengatakan bahwa 16 negara bagian telah mengumumkan rencana pembukaan kembali bisnisnya.

Dia mengatakan Missouri, Pennsylvania, Oregon dan Idaho telah merilis rencana untuk melonggarkan langkah pembatasan.

Namun beberapa gubernur dan spesialis kesehatan masyarakat memperingatkan soal serangan kedua virus, terutama pada musim gugur mendatang. “Ada peluang nyata yang datang pada musim gugur,” kata Gottlieb.

Saat ini belum ada vaksin dan obat antivirus yang terbukti bisa menyembuhkan Covid-19. Belasan penelitian sedang dalam uji klinis di seluruh dunia. (BSC)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *