LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Abdul Hamid Bador mengatakan jika sebanyak dua warga Malaysia dan satu WNI ditangkap karena telah merencanakan untuk membunuh mantan perdana menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad.
Abdul Hamid mengatakan, ketiga pria tersebut termasuk antara enam orang yang tertangkap di Kuala Lumpur, Selangor, Perak dan Penang pada tahun lalu karena terlibat dengan kelompok teroris Negara Islam (IS).
“Mereka adalah bagian dari sel ISIS bentukan pada 2019 yang bertujuan untuk mempromosikan ideologi Salafi Jihadi, merekrut anggota baru, dan melancarkan serangan ke Malaysia,” katanya seperti tulisan dari The Star, Sabtu 27 Maret 2021.
Baca : Malaysia Larang Pendatang dari Indonesia dan Dua Negara Asia
Ia menyebut, berdasarkan penyelidikan, ketiga pria itu telah mengancam akan membunuh Mahathir dan beberapa anggota kabinetnya karena mereka dipandang sebagai pemerintah sekuler. “Mereka juga berencana melancarkan serangan ke kasino Dataran Tinggi Genting dan pabrik bir Lembah Klang,” katanya.
Menurutnya, orang-orang itu tidak dapat mempersiapkan serangan. Namun, mereka telah menyuarakan niat yang biasanya diungkapkan oleh tersangka militan atau pendukung ISIS. “Mereka sebenarnya tidak bisa merencanakan penyerangan, apalagi melakukan persiapan,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa ketiga pria tersebut telah mednapat hukuman pengadilan berdasarkan Pasal 130B (1) (a) KUHP karena memiliki barang-barang yang berkaitan dengan kelompok teroris atau kegiatan teroris.
Tokoh Kharismatik
Tun Dr. Mahathir bin Mohamad lahir 10 Juli 1925 berumur 95 tahun. Ia adalah politikus Malaysia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7 setelah pemilihan raya 2018. Ia merupakan anggota Parlemen Malaysia mewakili Langkawi di Kedah.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri pada tahun 1981 sampai 2003 dan menjadi Perdana Menteri dengan masa jabatan terlama. Karier politiknya merentang selama lebih dari 70 tahun sejak ia bergabung dengan United Malays National Organisation (UMNO) tahun 1946 dan mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia tahun 2016.
Mahathir lahir dan besar di Alor Setar, Kedah. Setelah lulus sekolah, ia berprofesi sebagai dokter. Ia aktif dalam UMNO sebelum menjadi anggota parlemen pada tahun 1964. Ia menjabat selama satu periode, lalu kalah dalam pemilu selanjutnya. Ia kemudian berselisih dengan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman dan dikeluarkan dari UMNO.
Ketika Abdul Rahman mundur, Tun Mahathir kembali masuk UMNO dan Parlemen dan d iangkat menjadi menteri kabinet. Pada tahun 1976, ia menjadi Wakil Perdana Menteri. Tahun 1981, ia secara sah menjabat Perdana Menteri setelah pendahulunya, Hussein Onn, mengundurkan diri.
Pada masa pemerintahan Mahathir, Malaysia mengalami modernisasi dan pertumbuhan ekonomi pesat. Pemerintahannya merintis serangkaian proyek infrastruktur besar. Mahathir adalah tokoh politik ternama, memenangi lima pemilu berturut-turut.
Namun, pemerintahan Mahathir juga mengorbankan independensi pengadilan serta kekuasaan dan hak tradisional kerajaan Malaysia. Ia mengesahkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri untuk menangkap aktivis, tokoh agama minoritas, dan lawan politik, termasuk Wakil Perdana Menteri yang ia pecat tahun 1998, Anwar Ibrahim.
Rekam jejak Mahathir dalam mengekang kebebasan sipil dan penolakannya terhadap kepentingan dan kebijakan ekonomi Barat mempertegang hubungan luar negeri Malaysia dengan Amerika Serikat, Britania Raya, dan Australia. Sebagai Perdana Menteri, ia mendukung pembangunan dunia ketiga dan merupakan aktivis internasional ternama.
Mahathir masih menjadi tokoh politik aktif setelah pensiun. Ia sering melontarkan kritik terhadap penggantinya, Abdullah Ahmad Badawi, yang mulai menjabat tahun 2006 dan Najib Razak tahun 2015. (rri)