LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Melambungnya harga minyak dan gas dunia sejak beberapa waktu lalu berdampak positif pada penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).
Sebagaimana di rilis CNBC, satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, penerimaan negara dari sektor hulu migas hingga 30 September 2021 mencapai US$ 9,53 miliar atau sekitar Rp 133,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$).
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, capaian penerimaan negara tersebut telah melampaui target penuh tahun ini yang ditargetkan sebesar US$ 7,28 miliar.
“Penerimaan negara pertumbuhannya luar biasa, sebagai dampak dari harga minyak dunia dan efisiensi yang dilakukan. Penerimaan negara dari target US$ 7,28 miliar, kita sudah capai US$ 9,53 miliar atau 131% dari target satu tahun,” tuturnya saat konferensi pers, Selasa 19 Oktober 2021.
Dia mengatakan, harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata selama 2021 ini tercatat telah mencapai sekitar US$ 70 per barel, jauh lebih tinggi dari asumsi ICP pada APBN 2021 sebesar US$ 45 per barel.
Dwi menyebut, harga ICP rata-rata pada September 2021 bahkan telah mencapai US$ 72,20 per barel, sementara harga Brent rata-rata US$ 74,88 per barel, dan WTI US$ 71,54 per barel.
Begitu pun dengan harga gas, harga gas di pasar spot Asia pada 2021 ini rata-rata telah mencapai hampir US$ 10 per MMBTU.
Sampai kuartal I 2022 menurutnya harga LNG juga diperkirakan masih cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan energi dunia.
“Harga gas dunia hari-hari ini alami peningkatan dan ini karena adanya energi transisi di mana terjadi pengurangan penggunaan batu bara. Harga LNG masih cenderung meningkat menurut conference gas yang kami ikuti,” paparnya.
Adapun realisasi lifting hingga September 2021 ini tercatat rata-rata mencapai 661,1 ribu barel per hari (bph) atau 93,8% dari target di APBN 2021 705 ribu bph dan lifting gas 5.481 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 97,2% dari target 5.638 MMSCFD.
Sementara lifting migas mencapai 1,64 juta barel setara minyak per hari (BOEPD) atau sekitar 95,8% dari target 1,71 juta BOEPD. (net)