Kesehatan Bumi

Kesehatan Bumi

ALHAMDULILLAH; salah satu karunia terbesar yang patut kita syukuri adalah nikmat kesehatan sehingga memungkinkan kita berpuasa menjalani hari kedelapan penggal pertama yang penuh dengan rahmat.

Bahwa puasa itu baik untuk kesehatan sudah tak diragukan. Sampai-sampai Yoshinori Ohsumi dari Jepun meraih Penghargaan Nobel 2016 bidang Kedokteran berkat penelitiannya tentang Biologi Puasa (Autofagi).

Semoga puasa tahun ini juga memberikan kontribusi bagi Kesehatan Planet Bumi dalam bingkai Hari Kesehatan Dunia 7 April 2022 dengan Tema: ”Our planet, our health” (Planet kita, Kesehatan kita).

WHO (2022) melaporkan bahwa lebih dari 13 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat. Krisis iklim diklaim sebagai ancaman kesehatan terbesar pada manusia. Cuaca ekstrem, degradasi lahan dan kelangkaan air sangat mempengaruhi kesehatan. Lebih dari 90% orang menghirup udara tidak sehat akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Pada tahun 1998, jumlah penduduk dunia sebanyak 5.954 miliar jiwa. Klaus TöFFER, Direktur Program Lingkungan Hidup PBB saat itu menyatakan bahwa ada sepuluh petaka lingkungan hidup yang mengancam kesehatan Planet Bumi kita, yaitu: 1) degradasi lahan, 2) perubahan iklim dan kelangkaan energi, 3) menyusutnya keanekaragaman hayati, 4) deforestasi, 5) kelangkaan air bersih, 6) pencemaran udara, 7) anarkis urbanisasi, 8) eksploitasi laut yang berlebih dan pencemaran litoral, 9) pencemaran udara, dan 10) penipisan dan bocornya lapisan Ozon dan mencuatnya fenomena pemanasan global.

Hari ini, kesepuluh petaka yang diprediksi dua puluh empat tahun silam itu masih dan akan terus berlangsung mengancam keberlanjutan planet bumi yang kita huni ini. Sekarang (2022), Bumi kita dihuni sekitar 7,9 miliar manusia dan diproyeksikan akan mencecah 9,87 miliar di tahun 2050. Bisa dibayangkan betapa Planet Bumi semakin ringkih memikul dan menanggung beban penyediaan udara bersih, air dan makanan untuk semua orang.

Menyadari akan Kesehatan Bumi yang semakin terancam, riset eksploratif-antisipatif planet lain (eksplorasi ruang angkasa) semakin mendapat perhatian negara-negara maju sebagaimana dilaporkan oleh Sandra Häuplik-Meusburger and Sheryl Bishop (2021) dalam buku terbarunya berjudul “Space Habitats and Habilitation”.

Degradasi mutu lingkungan hidup yang mengancam Kesehatan Bumi niscaya akan semakin akseleratif, apatah lagi negara-negara yang pembangunannya masih bertumpu pada ekonomi ekstraktif sumber daya alam, termasuk Indonesia.

Kabar penyejuk hati bagi penduduk “Bumi Lancang Kuning” yang dipunggah ke LamanRiau.com (1/4/2022) bahwa Capaian Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Riau Tahun 2021 melebihi target RPJM.

Tapi ada juga kabar kurang sedap di media yang sama bahwa Lahan Terbakar di Riau Mencapai 475 Ha, Rohul Paling Luas (4/4/2022).

Ada juga berita narsis tentang klaim keberhasilan capaian pembangunan Pekanbaru sebagai Kota Madani, meski tumpukan sampah makin banyak bermunculan di tepi-tepi jalan yang kontras dengan marwah sebuah Bandar Madani.

Kota dengan luas 632.26 km2 dan penduduk seramai 983,356 jiwa ini macam kekurangan lahan tempat membuang sampah sehingga menimbulkan kesan kurangnya perhatian terhadap kesehatan lingkungan.

Walhasil, evaluasi implementasi paradigma pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan (Education for Sustainable Development) yang diprakarsai oleh PBB melalui UNESCO dengan tujuan agar pendidikan menghasilkan manusia berakhlak mulia yang menjadi rahmat bagi semesta alam dirasa semakin mendesak dilakukan di semua jenjang pendidikan.

Paradigma ini mengajak manusia untuk berpikir tentang keberlanjutan Planet Bumi, bahkan keberlanjutan keseluruhan alam semesta. Paradigma ini pun menghendaki keberlanjutan kesehatan lingkungan dengan cara menjaga keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem, melestarikan komponen-komponen dalam ekosistem, dan menjaga keseimbangan interaksi antarkomponen dalam ekosistem.

Selamat Hari Kesehatan Dunia, Semoga Bumi dengan semua penghuninya sentiasa Sehat Walafiat.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; ALLAH menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-rum: 41)

Apa Maciam…?***

Baca: Belajar Menahan
#Kolom17

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Respon (1)

  1. Setuju sekali prof bahwa berbicara kesehatan planet adalah kesehatan kita disandingkan dengan tuntutan agama Islam dalam Al-Qur’an surah Ar-rum:41. Maha benar Allah dengan segala firman-nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *