patahan.ranting: Ikhlas

Bang Long

Bismillah,
”Kita mesti selalu ikhlas. Berat memang. Ikhlas itu laksana Surah Al-Ikhlas,” pesan Emak kepada Hamba.

Menjalani kehidupan dengan ikhlas itu tak mudah. Ikhlas itu ibarat embun pada daun atau sebaliknya. Ikhlas pun laksana awan pada hujan atau sebaliknya. Dalam diam, embun dan hujan datang dan pergi. Betapa pun susahnya mencapai puncak ikhlas, kita memang dituntut untuk ikhlas. Ikhlas juga seperti pepohonan yang rela melepaskan kejatuhan ranting dan gugurnya dedaunan.

Hampir sebulan, Hamba menunggu seseorang. Seseorang ini, bagi Hamba, sangat istimewa. Imam masjid pada suatu malam hujan berderai bercerita banyak hal tentang sahabatnya. Sahabatnya ini ingin berjumpa Hamba pada Desember ini. Desember ini agak beda dari tahun sebelumnya. Curah hujan Desember 2022 begitu tinggi. Hampir setiap hari rahmat-Nya itu terjun dari awan dengan ikhlas. Beberapa wilayah banjir. Tibalah pada Rabu malam, 14 Desember 2022, bakda Isya, dua orang bertamu ke rumah Hamba. Satu bernama Mizan yang menelepon Hamba sebelum ke rumah. Beliau imam di masjid di lingkungan tempat tinggal Hamba. Satu lagi temannya dan sekarang menjadi teman Hamba juga. Mereka berasal dari desa yang sama. Desa Dedap yang menyimpan kisah Dedap Durhaka, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Ini kisah patahan.ranting, tapi bukan cerita tentang pepohonan. patahan.ranting itu nama pena. Masyarakat dan penulis Riau tak banyak yang mengenali siapa patahan.ranting. Masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti pun–berkemungkinan–hanya segelintir orang yang mengenali siapa patahan.ranting. Masyarakat Dedap juga hanya orang tertentu yang tahu siapa patahan.ranting. Beliau penulis muda bertalenta dari Desa Dedap itu.

”Ini, Pak, buku saya untuk Bapak,” patahan.ranting menyerahkan dua buku karyanya. Hamba pun memberikan dua buku buat Beliau bertajuk Ramadan (kumpulan cerpen) dan Perjalanan Kelekatu ke Republik Jangkrik. Warna merah hati bertajuk Seikhlas Awan Mencintai Hujan. Si merah hati ini karyanya yang pertama (2021). Hamba memperoleh cetakan ketiga. Buku ini sudah mengalami beberapa kali cetak ulang dan terjual lebih 10.000 eksamplar. Wah, hebat! Lalu, warna kombinasi kuning, oren, dan kecoklatan yang bergambar matahari bertajuk Kembalikan Aku seperti Sebelum Mengenal Cinta (2022). Ini karyanya yang kedua. Buku kedua ini baru terjual lebih 1.000 eksamplar. Penggemar patahan.ranting bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia.

Penulis muda yang bersahaja dan belum mau dikenali publik secara pribadi ini sesungguhnya sudah dikenal pembacanya. Tentu saja karyanya yang berperan menjadikannya dikenali khalayak. Namun, jika memahami karyanya, terutama Seikhlas Awan Mencintai Hujan, maka akan kita temukan makna patahan ranting. Aspek psikologis sangat berperan dalam karya-karyanya itu. Karya-karya patahan.ranting ini bersifat seperti cerpen mini kata dan memberikan penguatan kepada kerapuhan serta kekosongan jiwa seseorang. Tajuk tulisan sekaligus tajuk besar buku ini Seikhlas Awan Mencintai Hujan merupakan kesan pertikaian batin penulisnya. Kecamuk jiwa membuncah karena harus mengikhlaskan seseorang untuk meninggalkannya.
”Mencintai paling ikhlas itu adalah ketika kau memohon kepada Tuhan, namun bukan agar Tuhan mempersatukan dia denganmu, melainkan agar di lapangkan hatimu jika suatu saat dia mengucapkan kata selamat tinggal. Nanti, bila kau sudah benar-benar bahagia, ingat selalu aku.
Seseorang yang pernah dengan rela melepas tanganmu hanya untuk membiarkanmu menggenggam tangan orang lain.
Seseorang yang pernah berkata tidak apa-apa, padahal batinnya sangat terluka, dan seseorang yang pernah begitu sanggup mematahkan hatinya sendiri hanya agar kau tak bersedih.
Aku mencintaimu seikhlas awan mencintai hujan, yang tak pernah berhenti memahami, sekuat apapun menahan pergi,hujan pasti akan tetap jatuh ke peluk bumi” (h.13-14).

Hamba yakin bahwa semua penulis suka membaca. Bahkan, ada kemampuan membacanya di atas rata-rata. Aktivitas membaca bukan semata dalam bentuk teks tertulis. Aktivitas membaca bisa saja dalam bentuk konteks melalui tangkapan indera. Selanjutnya, sudah tentu penulis akan mengalami proses perenungan terhadap hasil membacanya itu sehingga melahirkan karyanya.
”Sejak kecil, saye memang suke membace, Pak,” pengakuan patahan.ranting ini tentu berkelindan dengan kemampuan menulisnya.

Ngape name patahan.ranting? Ade makna filosofis tertentu?” Hamba bertanya.
”Ketika sebatang pohon tumbuh dan rindang;
Orang-orang hanya memuji daunnya,
hanya memuji bunganya,
hanya memuji buahnya.

Mereka melupakan bahwa di sana ada peran ranting.
Yang tanpanya (ranting), tidak akan pernah tumbuh daun meski sehelai
tidak akan pernah mekar bunga meski sekuntum,
tidak akan pernah berbuah meski sebutir.
Mereka baru menyadari setelah satu per satu ranting patah
dan jatuh ke tanah.

Kira-kira begitulah saya,
tak pernah dianggap ada,
dan itu tidak apa-apa,” begitulah patahan.ranting menjawab pertanyaan Hamba: SUATU KEIKHLASAN LUAR BIASA dalam kalbunya.

Filosofi patahan.ranting berkelindan dengan kehidupannya. Dia berkisah bahwa awalnya hanya menulis di media sosial. Beragam hal ditulisnya. Beragam pula orang menanggapinya. Dia mengakui memang seperti ranting yang tak dianggap itu. Tulisan-tulisan mini katanya itu sering tak mendapat dukungan positif dari lingkungan sekitar, termasuk di media sosial. Seringkali tanggapan negatif menjadikannya patah.
”Malah, lebih selalu keno rendahkan orang-orang, Pak,” dia mengakui. Tentu saja ini menjadi cambuk buat jatidirinya. Saat ini, patahan.ranting sudah membuktikan bahwa keberadaan ranting itu sangat penting. Meskipun orang sekitar menganggap tak ada apa-apa, tetapi orang luar telah menganggap dia ada. Memang, penghargaan itu selalu datang dari orang luar/jauh.

”Kita memang harus menjalani hidup dengan ikhlas,” suara Emak lembut. Mungkin Emak ingat perkataan Imam Syafii.
”Barangsiapa menghendaki akhirat, maka hendaknya ia ikhlas dalam mencari ilmu,” begitu kata Imam syafii.

”Jika kita berakhir saling tidak mengenal, aku tetap bersyukur karena kita sempat dipertemukan. Setidaknya, aku pernah menjadi seseorang yang paling dicemas, sebelum akhirnya menjadi seseorang yang paling diikhlas,” begitu tulis patahan.ranting dalam bukunya Kembalikan Aku seperti Sebelum Mengenal Cinta pada tajuk Yang Paling Diikhlas (h.28).
Semoga patahan.ranting senantiasa ikhlas berkarya menyusun kata-kata. Terus mencatatkan nama dengan ikhlas pada nisannya. Nisan kita adalah karya.***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 26 Jumadil Awal 1444 / 20 Desember 2022

Baca: Dantje, SAS S’ru PA, dan Sajak Rupa

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews