Cerpen Rusmin Sopian: Arunika, Perempuan Dibalik Gunung

Ilustrasi

CAHAYA keemasan matahari menghiasi bumi. Menerangi semesta. Senyum tipisnya menyapa dari balik Gunung. Ini adalah senyum mentari pertama yang dilihat Arunika dari balik Gunung.

Maklum perempuan kelahiran Kota ini, baru semalam tiba di kawasan perumahan Sekolah yang terletak tak jauh dari Kaki Gunung.

Dirinya tiba semalam di kawasan ini. Sebuah Kampung yang harus ditempuhnya dengan perjalanan yang amat melelahkan. Belasan jam. Menembus jalanan yang kadang mulus. Kadang berlobang yang membuat mobil harus terbatuk-batuk.

Senyuman hangat mentari menghangatkan tubuh Arunika yang baru saja membasuh sekujur tubuhnya dari air yang mengalir dari kaki Gunung. Dinginnya menyapa tubuh Arunika. Baru kali ini dia merasakan air sedingin ini.

Maklum kawasan yang ditempatinya terkenal dengan kesejukan alamnya. Pepohonan raksasa yang berdiri tegap seolah menjadi penjaga kawasan itu.

Demikian pula dengan derai dedaunan yang bersama angin meniupkan desis yang harmoni bak orkestra yang memainkan lagu klasik Mozart.

Rerimbunan dedaunan yang bertengger di pepohonan menjadi kanopi bagi warga.

Hari ini adalah hari pertama Arunika mengabdikan diri sebagai guru di sebuah sekolah Menengah Atas yang terletak di kaki gunung itu.

Dan Arunika telah berjanji untuk membagikan seluruh ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah untuk generasi mendatang. Ia bertekad untuk mengabdikan diri sebagai guru di sekolah yang baru berumur jagung itu.

”Apakah kamu sudah mantap untuk menerima tawaran mengajar di sana?,” tanya Ibunya.

”Insya Allah, siap Bu,” jawab Arunika dengan diksi mantap.

”Dan kamu harus siap dengan segala resikonya,” cetus sang Ayah secara tiba-tiba.
”Insya Allah, siap Ayah,” jawab Arunika kembali dengan diksi mantap.

”Kamu ini aneh Nika. Orang-orang berlomba-lomba untuk mengabdi di Kota. Kamu kok nyeleneh. Ingin mengabdi di daerah yang jauh dari Kota,” lanjut sang Ayah.
”Padahal ayah bisa mengurus kepindahan mu ke sekolah yang ada di Kota ini,”ungkap sang Ayah dengan nada berbalut kekesalan.

”Iya, Nika. Ayahmu kan punya banyak kenalan. Mereka pasti bisa membantu kamu,” sambung sang Ibunda.

Arunika diam, tak menjawab. Bibirnya terkunci rapat bahkan teramat rapat. Tekadnya sudah membara dalam jiwa raganya.

Bukan kali pertama, Nika panggilan akrabnya berbeda pandangan dengan kedua orang tuanya.

Saat baru lulus SMA, Nika memilih jurusan Pendidikan sebagai pilihannya. Sementara Ayah dan Ibunya menyarankannya untuk memilih jurusan ekonomi.

“Lihat kakakmu. Usai tamat kuliah jurusan ekonomi langsung kerja di bank,” cerita Ibunya.

“Aku kurang cocok mengambil jurusan ekonomi,Bu,” Arunika berkilah.

Keberatan secara tersembunyi diperlihatkan pula lelaki teman dekatnya.

“Kamu sudah mantap dengan pilihan tempat mengajar mu?,” tanya lelaki teman dekatnya.

“Sudah,” jawab Arunika pendek.

“Tidak ada pilihan lain?,” lanjutnya.

“Tidak. Pilihan ku sudah mantap,” jelas Arunika.

Teman dekat lelakinya tak melanjutkan pertanyaannya. Dia sudah hafal betul dengan watak perempuan itu. Seorang perempuan yang istimewa yang konsisten dengan pilihannya. Dia adalah Srikandi bangsa.

Niatnya tulus ingin mengabdi di sekolah yang berada tak jauh dari kaki gunung itu. Tekadnya sudah bulat untuk bekerja di SMA itu. Sebuah sekolah yang berusia muda dan dihuni pendidik yang berusia muda pula.

”Asik banget ya kalau kita mengajar di sana?,” tanya Arunika kepada seorang temannya yang mengabdi di Sekolah itu.

”Sangat asik bahkan mengasyikan. Kamu tidak akan menemukannya di Kota. Kamu tidak akan pernah melihatnya di Kota. Keindahan alam yang alami. Alami banget,” jelas temannya dengan nada suara riang gembira.

”Kamu bisa bayangkan bagaimana nikmatnya tidur di kawasan kaki gunung. Rimbunan pepohonan besar menjaga kita penghuninya yang terlelap dalam mimpi. Sementara suara burung menyanyikan lagu untuk meninabobokan kita,” sambung temannya dengan suara ceria.

Cahaya matahari terlihat sumringah. Sinar terangnya seolah ikut mengantar kepergian Arunika menuju tempatnya mengabdi di Sekolah Menengah Atas itu.

Kehangatan matahari pagi yang mengaliri tubuh Arunika menerangi tekadnya untuk mengabdi di institusi pendidikan itu.

Kehangatan dirasakan Arunika saat pertama kali menginjakkan kakinya di halaman sekolah menengah atas itu. tatapan wajah penuh persahabatan terpatri dari mata jiwa para warga sekolah. Terlihat dimatanya masa depan bangsa lewat tatapan mata mereka.

Mereka tanpa dikomando langsung berlarian menghampiri Arunika. Mereka saling berjabat tangan, saling berpelukan seolah-olah sudah lama terpisah. Bagaikan pertemuan dengan sahabat lama. Seakan-akan enggan berpisah.

”Selamat datang, Ibu,’ sapa seorang murid yang diamini teman-temannya yang lain dengan wajah bahagia berbalut keceriaan.

”Selamat datang di sekolah kami, Ibu Arunika,” sambung Ibu Kepala Sekolah sembari memeluk Arunika.

Arunika bersama Ibu kepala sekolah dan para tenaga pendidik Sekolah Menengah Atas itu bersegera melangkahkan kaki menuju ruangan pertemuan sekolah diiringi suara riang para murid.

Sementara cahaya matahari mulai meninggi. Cahaya indahnya munculnya dari balik kaki gunung.

Ya, dari kaki gunung cahaya terang matahari itu memancar keindahan yang berornamen pengabdian. Memancarkan sebuah harapan untuk masa depan negeri ini. ***

Aek Aceng, Toboali, 17 November 2023

——————-
Rusmin Sopian adalah Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Bangka Selatan. Cerpennya kerapkali menghiasi rubrik cerpen media lokal dan nasional diantaranya Republika, Suara Merdeka Semarang, Radar Bojonegoro, Radar Bromo, Bangka Pos, Babel Pos, Cendana News, dan Bekaespedia.com. Saat ini tinggal di Jalan Suhaili Toha Nomor 56, Toboali, Bangka Selatan. *

Baca: Melampaui Bayang-Bayang

*** Laman Cerpen terbit setiap hari Minggu dan menghadirkan tulisan-tulisan menarik bersama penulis muda hingga profesional. Silakan mengirim cerpen pribadi, serta terjemahan dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected]. Semua karya yang dikirim merupakan tanggungjawab penuh penulis, bukan dari hasil plagiat,- [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews