LAMANRIAU.COM – Sebagian besar orang dewasa direkomendasikan tidur selama 7 hingga 9 jam. Namun, wanita mungkin membutuhkan lebih banyak waktu istirahat dibandingkan pria.
Kin M Yuen MD MS, seorang spesialis kedokteran tidur di UCSF Health dan juru bicara American Academy of Sleep Medicine menjelaskan, penelitian menunjukkan bahwa wanita mungkin memerlukan lebih banyak tidur daripada pria di berbagai tahap kehidupan.
“Saat kita melihat bayi perempuan dibandingkan dengan bayi laki-laki, mereka memang menghabiskan sedikit lebih banyak waktu untuk tidur,” kata Yuen, seperti ditulis Verywell Health mengutip Kompas.com.
Yuen mencatat, meskipun remaja sering memiliki kualitas tidur yang buruk, pola wanita yang membutuhkan lebih banyak tidur sering berlanjut hingga dewasa.
Rata-rata, wanita dewasa tidur selama 7,5-8 jam setiap malam, sementara pria dewasa rata-rata tidur selama 7-7,5 jam.
Namun, data soal ini masih harus dilengkapi, apakah wanita benar-benar membutuhkan lebih banyak tidur atau jika pria sebenarnya kurang tidur.
“Penelitian yang menunjukkan bahwa wanita cenderung tidur sedikit lebih lama daripada pria sebagian besar berdasarkan survei atau catatan tidur mandiri, yang kurang objektif,” kata Yonatan Greenstein MD FCCP, seorang profesor asosiasi kedokteran di Rutgers New Jersey Medical School.
Direktur pengobatan tidur perilaku di Cleveland Clinic Sleep Disorders Center Michelle Drerup, PsyD mengatakan, perubahan hormonal selama kehamilan atau menopause dapat mengurangi kualitas tidur wanita.
Kehamilan sering dikaitkan dengan fluktuasi hormon selama tiga trimester, yang dapat menyebabkan kelelahan, rasa kantuk, dan seringnya buang air kecil di malam hari.
Perimenopause dan menopause juga menyebabkan fluktuasi hormon yang signifikan yang sering memicu gejala seperti hot flashes dan keringat malam, keduanya dapat mengganggu tidur.
Greenstein mengatakan, wanita pascamenopause juga lebih mungkin didiagnosis dengan obstructive sleep apnea, yang menyebabkan tidur berkualitas buruk dan terfragmentasi.
“Secara teori ilmiah, estrogen dan progesteron memiliki efek perlindungan. Ketika hormon-hormon ini menurun selama menopause, saluran napas bagian atas wanita menjadi lebih mudah kolaps, yang mengarah pada pengembangan obstructive sleep apnea,” tambah Greenstein.
Berbeda
Pelin Batur, MD, dokter obstetri-ginekologi di Cleveland Clinic mengatakan, meskipun banyak wanita mungkin membutuhkan lebih banyak tidur dibandingkan pria, hal ini tidak berlaku untuk semua orang.
“Tentu saja ada banyak variasi antar individu,” tambahnya. Seseorang penting untuk memahami pola tidurnya dan bagaimana perasaannya saat bangun tidur.
Jika seseorang sudah menerapkan kebiasaan tidur yang baik dan tidur selama 7 hingga 9 jam tetapi masih merasa lesu atau mengantuk di siang hari, mungkin sudah saatnya berkonsultasi dengan dokter spesialis. (*)