LAMANRIAU.COM – Lebih dari 2.000 orang meninggal setelah dinyatakan positif mengidap virus corona di Amerika Serikat Jumat (10/4/2020) kemarin, yang merupakan angka harian tertinggi di dunia sejak wabah ini dimulai.
Menurut data Johns Hopkins University, jumlah kasus positif Covid-19 di Amerika juga telah melebihi setengah juta orang di hari yang sama.
Namun, dengan makin banyaknya warga Amerika yang tetap tinggal di rumah, diharapkan laju peningkatan kasus ini akan segera melambat.
Secara total, virus ini telah memakan 18.600 korban jiwa di Amerika, sedikit saja di bawah Italia yang saat ini memiliki korban jiwa terbanyak di dunia.
Catatan lainnya adalah jumlah kasus positif Covid-19 di Negara Bagian New York saja lebih tinggi dari jumlah kasus di negara mana pun di dunia di luar AS.
Para pejabat ekonomi di pemerintahan Presiden Donald Trump menginginkan agar aktivitas usaha bisa dimulai kembali bulan Mei, tetapi pakar penyakit menular Anthony Fauci mengingatkan bahaya yang mengancam jika pembatasan sosial diakhiri terlalu dini.
“Sekarang bukan waktunya untuk melangkah mundur,” kata Fauci.
Menurut sebuah estimasi, angka kematian akibat Covid-19 di AS bisa mencapai 200.000 jika Trump mencabut instruksi “tinggal di rumah saja” setelah 30 hari.
Pekan ini diramalkan sebagai puncak jatuhnya korban jiwa akibat wabah Covid-19 di AS dan setelah itu akan mulai menurun. Sejumlah bukti yang ada menunjukkan jumlah infeksi baru di New York — episentrum wabah ini di AS — mulai melandai.
Menurut Gubernur New York Andrew Cuomo, Jumat kemarin tercatat ada 777 korban jiwa, sedikit menurun dibandingkan hari sebelumnya.
Jumlah pasien baru juga hanya bertambah 290 orang, dibandingkan pekan lalu di mana rumah sakit menerima lebih dari 1.000 pasien setiap harinya.
Presiden Trump mengatakan korban jiwa di AS akan jauh lebih sedikit dari perkiraan minimal sebelumnya yaitu 100.000 orang. (BSC)