LAMANRIAU.COM, SHANGHAI – Bursa saham di China terpukul keras pada hari Kamis (23/1/2020) dengan Hong Kong dan Shanghai bertukar 2% hingga 3% karena penyebaran virus corona yang berasal dari Wuhan, China. Kondisi ini membuat para investor ketakutan menjelang liburan Tahun Baru Imlek hari Sabtu (25/1/2020).
Infeksi coronavirus meningkat lebih dari dua kali lipat. Begini cara penyakit misterius dari Tiongkok menyebar begitu cepat.
Indeks Hang Seng HSI, -1,91% turun 2%. Sedangkan Shenzhen Composite turun 399106, -3,45% lebih dari 3%. Shanghai Composite SHCOMP, -2.75% turun 2,7% dan CSI 300 000300, -3,10% kehilangan 1,5%.
Lihat bagaimana kinerja pasar saham selama wabah virus lainnya. Indeks Nikkei Jepang NIK, -0,98% ditutup turun hampir 1%, terbebani oleh berita perdagangan yang mengecewakan. Ekspor Jepang turun 6,3% YoY di bulan Desember, menurun selama 13 bulan berturut-turut, menurut data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan pada hari Kamis.
Itu menandai tahun kedua berturut-turut tinta merah dalam perdagangan untuk tahun lalu, terluka oleh perlambatan permintaan di Cina. Ketegangan perdagangan China dengan AS telah merugikan perdagangan Jepang, dengan ekspor Jepang untuk 2019 turun 5,6% dari tahun sebelumnya, sementara impor turun 5,0% seperti mengutip marketwatch.com.
Jepang memiliki surplus perdagangan 6,6 triliun yen (US$60 miliar) dengan AS tahun lalu, karena ekspor turun 1,4% dari 2018, dan impor turun 4,4%.
Indeks acuan Australia, indeks ASX 200 XJO, -0,63% turun 0,6% meskipun data positif pada pekerjaan. Data Kamis menunjukkan negara itu mencatat 28.900 pekerjaan baru pada Desember, jauh di atas ekspektasi. Namun, kepala ekonom Ernst & Young Jo Masters mengatakan semua pertumbuhan pekerjaan adalah pekerjaan paruh waktu dan, yang penting, laju penciptaan lapangan kerja melambat.
Rata-rata, ekonomi menciptakan 14.500 pekerjaan sebulan di 4Q 2019, turun dari 27.100 3Q 2019. (*)
