ULAMA berbeda pendapat apakah kasus semacam ini berlaku untuk semua keadaan. Dalam arti mayit bisa mendengar dan mengetahui semua keadaan orang yang masih hidup.
Sebagian menegaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya dengan izin Allah, dan dia di alam kubur. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, Ibnul Qoyim menyebutkan bahwa terdapat berbagai riwayat dari para ulama masa silam yang menjelaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya. Dia merasa senang ketika keluarganya dalam kondisi baik, dan dia merasa sedih ketika keluarganya dalam kondisi tidak baik.
Mereka yang menegaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya, berdalil dengan hadis dari Anas. Namun hadis statusnya lemah, karena ada perawi yang tidak disebutkan namanya. (Majma Zawaid, 2/329).
Dalam riwayat lain dari Abu Ayyub, diriwayatkan Thabrani dalam Mujam Al-Kabir, namun dalam sanadnya terdapat perawi bernama Maslamah bin Ali Al-Khusyani, dan dia perawi dhaif. Maslamah bin Ali orang syam, perawi yang lemah, dan matruk (ditinggalkan). Sebagaimana dijelaskan dalam Mizan Itidal (4/109). Ringkasnya, hadis dalam masalah ini tidak shahih.
Adapun Atsar yang disebutkan Ibnul Qoyim dalam Ar-Ruh, dinukil dari kitab Al-Qubur karya Ibnu Abi Ad-Dunya. Dan atsar-atsar ini dinilai bermasalah. (Multaqa Ahlulhadits, 52691).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak mengatakan:
Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena dia tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau adzab. Hanya saja, terkadang Allah tampakkan kepada beberapa mayit sebagian keadaan keluarganya, namun ini tanpa batasan waktu tertentu. Terdapat beberapa atsar (riwayat dari para ulama) tentang hal ini yang belum bisa dijadikan dalil (karena perllu dilakukan penelitian ulang) yang menyebutkan bahwa mayit terkadang mengetahui keadaan keluarganya. (Fatwa Islam, 13183).
Mengingat keterangan semacam ini belum jelas, sebagian ulama menasehatkan agar tidak kita tidak disibukkan dengan pembahasan semacam ini. Karena tidak memberikan banyak manfaat. Yang lebih penting, kita berusaha menunaikan semua yang menjadi tanggungan mayit, seperti utang, nadzar, fidyah, wasiat, dan semacamnya. Sehingga tidak ada beban baginya yang tidak ditunaikan. Kemudian kita berusaha menjadi hamba yang baik, bertaqwa kepada Allah, baik jenazah bisa mengetahui keadaan kita, atau tidak.
Nasehat semacam ini pernah disampaikan Imam Ibnu Utsaimin. Ketika beliau ditanya, apakah mayit bisa mengetahui kondisi keluarga ataukah tidak?
Adapun pertanyaan, apakah mayit mengetahui apa yang dilakukan keluarganya di dunia? Saya tidak mengetahui atsar (riwayat) yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Namun apapun itu, saya berpendapat tidak ada banyak manfaat untuk melakukan pembahasan masalah ini.
Pelajaran yang bermanfaat bagi anda, bahwa jika anda mendustakan hal itu maka anda wajib bertaubat kepada Allah. Dan taubat bisa menghapus dosa sebelumnya. dan hendaknya anda sibukkan diri agar diterima taubatnya, dan memperbaiki diri, dari pada menyibukkan diri dengan mengetahui keadaan mayit semacam ini. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 192755)
[baca lanjutan]