Terancam Krisis Pangan Dan Energi, Eropa Diambang Malapetaka

LAMANRIAU,COM, JAKARTA – Gelombang panas yang berkepanjangan membuat Eropa kini di ambang malapetaka. Cuaca panas sejak Mei dan kurangnya curah hujan membuat sungai-sungai besar di Eropa mengering. Hal ini berakibat terancamnya panen beberapa komoditi pangan penting di Eropa.

Di Prancis, Sungai Loire terlihat permukaannya dan menyebabkan manusia bisa menyeberang, berjalan kaki, dengan mudah di beberapa tempat.hal yang sama juga terjadi di Sungai Rhine, Jerman dan Sungai Pho Italia.

Sungai Rhine  sepanjang 1.320 Km ini merupakan sungai terpanjang dan terpenting dalam lalintas perekonomian di Eropa.  Sungai ini menghubungkan pelabuhan utama Rotterdam di Belanda melalui jantung industri Jerman hingga ke selatan ke Swiss yang terkurung daratan.

Sementara Sungai Pho mengalami kekeringan terburuk yang membawa sejumlah artefak Perang Dunia II di dasarnya muncul, termasuk tongkang sepanjang 50 meter dan bom. Padahal 30% pertanian Itali bergantung pada sungai tersebut.

“Kami belum pernah melihat tingkat kekeringan ini dalam waktu yang sangat lama,” kata analis senior Eropa dan kebijakan iklim di The Economist Intelligence Unit, Matthew Oxenford, dikutip CNBC International, Jumat 2 September 2022.

Hal sama juga dikatakan analisis awal dari Pusat Penelitian Gabungan Uni Eropa. Eropa dikatakan berada dalam ‘cengkeraman kekeringan’ terburuk di setidaknya dalam 500 tahun terakhir.

Sebelumnya di Agustus, laporan Observatorium Kekeringan Global juga memperingatkan sekitar dua pertiga benua itu berada di bawah peringatan kekeringan. Di mana tanah telah mengering dan vegetasi “menunjukkan tanda-tanda stres”.

Analisis menemukan bahwa hampir semua sungai Eropa telah mengering sampai batas tertentu. Akibat keterbatasan air dan suhu udara yang panas secara substansial mengurangi hasil panen tahun ini.

Eropa Terancam Krisis Pangan

Akibat cuaca panas berkepanjangan saat ini Eropa terancam krisi pangan. Diperkirakan produksi panen Eropa menurun, untuk biji-bijian jagung, kedelai dan bunga matahari masing-masing diperkirakan 16%, 15% dan 12% di bawah rata-rata lima tahun sebelumnya.

Sementara harga pangan tetap tinggi di tengah serangan Rusia di Ukraina. Laporan Uni Eropa secara spesifik menyebutlqn cuaca panas dan kekeringan akan makin parah di November. Khususnya di wilayah Eropa Barat-Mediterania.

Perubahan iklim ditegaskan menjadi biang keladinya. Ini membuat suhu semakin tinggi dan kekeringan intens.

“Masalahnya adalah parahnya kekeringan khusus ini,” kata Profesor Hidrologi dan Klimatologi Universitas Potsdam Jerman, Axel Bronstert.

Biasanya orang Eropa tengah sangat  menyukai matahari. Tetapi sekarang mereka sangat berharap hujan turun

Krisis Energi Makin Gawat

Sementara itu, krisis energi diyakini akan makin para karena hal ini. Ini setidaknya terlihat di Prancis. Suhu pemanasan sungai Prancis dalam beberapa pekan terakhir mengancam produksi nuklir negara itu. Sebab mayoritas energi Prancis dipasok PLT Nuklir.

Gelombang panas musim panas semakin menghangatkan sungai seperti Rhone dan Garonne yang digunakan pemasok energi milik negara EDF. Ini penting untuk mendinginkan reaktor PLTN-nya.

Hal sama juga jadi ancaman di Norwegia. Negara Eropa utara itu sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga air.

Kurangnya hujan berarti jumlah listrik yang dihasilkan oleh bendungan telah turun drastis. Akibatnya, pemerintah Norwegia mengumumkan pada awal Agustus bahwa mereka berencana untuk membatasi ekspor listrik.

Perlu diketahui, saat ini pemerintah Eropa berebut untuk mengisi fasilitas penyimpanan bawah tanah dengan pasokan gas agar memiliki bahan bakar yang cukup. Ini untuk menjaga rumah tetap hangat selama beberapa bulan mendatang, karena masuknya musim dingin.

Pasokan minim karena Rusia, yang memasok sekitar 40% gas UE tahun lalu, telah secara drastis mengurangi aliran ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir. Termasuk mematikannya tiga hari sejak 31 Agustus, dengan alasan peralatan yang rusak dan tertunda.***

Editor: Zulfilmani/ Sumber: cnbc Indonesia

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *