CCTV Ilahi

MANUSIA selalu dalam pengawasan Ilahi. Apapun yang dilakukan terpantau oleh-Nya. Manusia ditempeli CCTV yaitu Raqib dan ‘Atid, dua malaikat yang siap merekam dan mencatat setiap peristiwa yang dilakukan manusia.

Seperti cctv yang dipasang di suatu tempat, tentu saja fungsinya adalah untuk memantau situasi dan kondisi  tempat tersebut. Selain itu, cctv juga dipasang untuk mengevaluasi tempat dan sesuatu yang ada di sekitar itu sehingga tempat tersebut dipandang dan dinilai aman.

Cctv yang dipasang pada tubuh manusia adalah dalam rangka mengamankan manusia. Agar ia selalu berada dalam fitrahnya, dalam tupoksinya sebagai ‘abdullah dan khalifatullah. Jika ia melakukan hal-hal yang keluar dan melenceng dari tugas pokok dan fungsinya tersebut maka suatu saat ia akan mempertanggung jawabkan hal tersebut. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) dari perbuatan-perbuatan mereka. Siapa yang melakukan kebaikan walaupun sebesar zarrah niscaya ia akan melihatnya, dan siapa saja yang melakukan tindak kejahatan sebesar zarrah, ia pun akan melihatnya. (QS. Al-Zalzalah: 6-8)

Selalu berada dalam pengawasan Ilahi itu dalam istilah agama dikenal dengan muraqabah. Sikap ini menuntut manusia bahwa tak ada sesuatu yang luput dari pantauan-Nya. Ilahi itu punya sifat al-‘alim dan al-khabir. Arti keduanya sama, yaitu Mahamengetahui. Menurut sebagian ulama, al-’alim itu lebih spesifik bermakna mengetahui hal-hal yang bersifat kongkrit meskipun sangat kecil dan tersembunyi. Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata. (QS. Al-An’am: 59)

Sedangkan al-khabir lebih spesifik bermakna mengetahui sesuatu yang tersirat, abstrak atau yang tidak terlihat. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Mahamengetahui keadaan mereka. (QS. Al-’Adiyat: 11).

Contoh manusia yang muraqabah itu adalah seperti kisah berikut. Suatu ketika Abdullah bin Dinar berkata, “Pada suatu hari aku pergi ke Makkah bersama Umar bin Khattab. Pada salah satu jalan kami berhenti istirahat. Tiba-tiba salah seorang penggembala dari gunung turun kepada kami. Umar bin Khattab pun berkata kepada penggembala tersebut, ‘Hai penggembala, juallah seekor kambingmu kepada kami.’

Penggembala tersebut berkata, ‘Kambing-kambing ini bukan milikku, tapi milik majikanku.’ Umar pun berkata lagi,’Katakan saja kepada majikanmu bahwa kambingnya dimakan srigala.’

Namun penggembala yang merupakan budak tersebut berkata, ‘Kalau begitu, di mana Allah?’ Umar bin Khattab menangis, kemudian ia pergi kepada majikan penggembala tersebut. Lalu membeli budak itu dan memerdekakannya.”

Menurut Imam Al Ghazali, muraqabah itu sama dengan ihsan. Ketika Jibril menanyakan apa makna ihsan kepada nabi Muhammad saw, lalu nabi menjawabnya, “Engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Jika engkau tidak melihatnya maka Ia melihatmu.” (HR. Muslim)

Menurut Zunnun al-Mishri, surga dapat dibeli dengan lima hal, di antaranya muraqabatullah yaitu memandang dengan hati kepada Allah Swt sebagai Zat yang selalu mengawasinya.

Kesadaran adanya cctv Ilahi dalam kehidupan menjadi senjata ampuh agar tidak tersesat jalan. Ini sudah medio Januari 2023. Semoga kesadaran akan pengawasan Ilahi dalam setiap gerak gerik menuntun esok yang lebih baik. ***

Baca: Masih Ada Jalan Lain

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews