Syair Melayu Semesta

Bang Long

Bismillah,
Bagi bangsa Melayu, keberadaan syair, pantun, dan gurindam sebagai puisi lama sudah mendarah daging. Ketiga bentuk puisi ini mampu mewakili aspek psikologis masyarakatnya. Bentuk puisi lama ini melekat kuat dalam jiwa bangsa Melayu pada masanya. Sebagai produk kebudayaan, keberadaannya tentu dipengaruhi oleh zaman. Perkembangan zaman yang kian liar ini tentu saja memberikan corak pada bentuk puisi lama tersebut. Apa yang dilakukan oleh Perkumpulan Rumah Seni Asnur (Perruas), misalnya, patut menjadi contoh dalam menghidupkan kembali pantun, puisi, dan syair dalam bentuk tulisan yang melibatkan guru penulis ASEAN.

Seperti halnya gurindam dan pantun, syair juga merupakan bentuk puisi dalam karya sastra lama. Namun, keberadaan syair, termasuk gurindam, berbeda nasibnya secara sosiologis dengan pantun. Dalam kehidupan sehari-hari, eksistensi syair tidak semolek pantun. Pantun masih punya vitalitas dalam kehidupan. Pada setiap acara nikah, pantun begitu hidup. Pun ketika pejabat, pemimpin, atau pengusaha memberikan kata sambutan pada suatu acara, pantun masih sering digunakan sebagai pembuka dan penutup. Pantun pun sering kita saksikan di media sosial dan media elektronik meskipun terkesan merempat antara sampiran dan isi. Namun, eksistensi syair dalam kehidupan bermasyarakat semakin tak mendapat tempat. Paling-paling, syair hidup dalam kegiatan-kegiatan sayembara untuk dunia pendidikan.

Sesuai dengan asal katanya, syair berasal dari bahasa Arab, yaitu syu’ur yang bermakna perasaan. Hakikat syair adalah mengetahui dan merasakan. Hal ini berarti dalam syair tersimpan ilmu (pengetahuan) dan perasaan. Dari dua cakupan tersebut, kita akan menemukan dan merasakan berbagai kemungkinan aspek kehidupan jika meresapi makna yang terkandung dalam syair. Dalam tradisi Melayu, penulisan syair tidaklah instan. Penyair melakukan perenungan mendalam karena syair yang mereka ciptakan pada umumnya sangat panjang. Daya kreativitas penyair sungguh luar biasa. Berbeda halnya dengan syair-syair zaman instan. Bagaimana pun kondisinya, penciptaan syair zaman ini patut kita sokong karena penyair sudah berupaya menghidupkannya.

Kumpulan syair Melayu Semesta (DotPlus Publisher, Desember 2022) karya Muhammad Rizal Ical, misalnya, patut mendapat tempat di tengah khazanah sastra kita. Kemunculan buku syair ini telah menambah corak kreativitas puisi lama di zaman modern. Jarang sekali penulis zaman ini mau meluangkan masanya dengan tunak untuk melahirkan karya sastra lama seperti syair. Kumpulan syair yang diberi pengantar singkat oleh Dr. Bambang Kariyawan ini, memuat sebanyak 51 judul syair. Semua syair dalam buku ini ditulis sebanyak 20 bait per judul. Menurut Hamba, ada beberapa topik pembicaraan. Pertama, syair romantisme. Tentu saja berisi tentang percintaan. Misalnya, syair Menjeling Jodoh, Jatuh Cinta, Takdir Cinta, Cinta Semusim, Rindu Separuh Nyawa, dan Cinta Sepatuh Waktu. Dalam syair romantisme ini, penyair menggambarkan tentang berbagai peristiwa mengenai percintaan yang tentu saja berkaitan dengan panggilan perasaan. Penyair mengajuk kita bagaimana pertama cinta itu datang, bagaimana memilih dara, tentang kecamuk asmara, tentang rasa jatuh cinta, dan terpaan gelombang rindu. Penyair ini sangat religius karena senantiasa mengaitkan persoalan cinta dengan ke-Tuhan-an.
….
Jatuh cinta berjuta rasa
Begitulah Tuhan punya kuasa
Datang hadir tanpa dipaksa
Berpisah jarak sungguh tersiksa (h.107)

Kedua, syair pengingat diri. Penyair menggambarkan bagaimana jatidiri kita sebagai makhluk sosial dan spritual. Dalam syair ini, Muhammad Rizal menggambarkan bagaimana karakter kita sebagai manusia terhadap harta. Penyair mengajak kita untuk waspada terhadap harta: dari mana dan dipergunakan untuk apa yang tergambar dalam Syair Heran. Beliau menjelaskan tentang perilaku menimbun harta, sifat tamak dan kedekut, menuhankan harta, memperkaya diri, ujub, riya, dan sombong. Penyair ini juga mengambil perumpamaan kisah Qarun dalam Al-Quran. Bait akhir syair ini mengajak kita untuk menggunakan harta agar lebih berfaedah.
….
Harta didapat tebarkan manfaat
Ringan membantu supaya berlipat
Kemudian syukur mengangkat derajat
Menjadi pribadi menggenggam rahmat (h.5)

Syair Bingung pula menggambarkan penguasa yang salah dalam menggunakan kekuasaannya. Syair Selimut Dendam berkisah tentang sakit hati, dendam, nafsu amarah, pertengkaran, dan dengki. Penyair melukiskan tentang bahayanya menyimpan dendam. Agama pun bisa runtuh akibat dendam tak berkesudahan.
….
Selimut dendam melingkup tubuh
Hati berpenyakit sulit sembuh
Seumpama mati karena terbunuh
Pilar Islam tumbang meruntuh (h.50).

Ketiga, syair keranggian bangsa Melayu. Sebagai bangsa, Melayu punya kemilau tamadun. Tentang keranggian bangsa Melayu ini, Muhammad Rizal menguatkannya dalam Syair Merajuk, Syair Perempuan Melayu Terindah, Syair Melayu Semesta, Syair Bengkalis Mendendam, dan Syair Menjangkau Negeri. Melalui syair-syair itu, Muhammad Rizal berpesan tentang (1) bangsa Melayu punya jatidiri terbilang, (2) bangsa Melayu punya kedaulatan, (3) sikap perajuk sebagai peredam amarah, (4) bangsa Melayu terkenal lembut dan sopan, (5) bangsa Melayu supaya melakukan perbuatan ke arah tujuan, (6) bangsa Melayu senantiasa berpedoman pada Islam dalam tamadunnya, (7) bangsa Melayu diharapkan bersatu-padu agar hidup berjaya.
….
Wahai orang Melayu semesta
Bersatu padu harmoni tercipta
Sesuai tindak berucap kata
Barulah jaya hidup tertata (h.65)

Keempat, syair religi. Meskipun syair merupakan karya sastra dari Persia, pengaruhnya sangat kuat bagi bangsa Melayu. Hal ini disebabkan Melayu menerima Islam dengan penuh kesadaran. Secara tak langsung, nilai-nilai Islam menjadi fokus dalam setiap pergerakan kebudayaannya. Syair-syair dalam Syair Semesta Melayu ini pun mengandung nilai-nilai religi Islami seperti Syair Kiamat Semakin Dekat, Syair Majelis Selawat Nabi, Syair Ikhlas Terlihat Jelas, dan Syair Kuhimpun Harap dalam Doa. Beberapa hal yang menjadi sorotan dalam syair ini, yaitu (1) ragam perangai manusia, yaitu menjelaskan tentang beragam kelakuan insan seperti berbuat maksiat, berbohong, ketidakjujuran, berjudi, bekerja, mengeluh jika bekerja, berzina, nafsu,mengumbar aurat, minum khamar, dan mencaci maki; (2) penyanjungan terhadap Rasulullah Sallallahu alaihi wa sallam melalui rangkaian kegiatan Maulid Nabi; (3) penjelasan bahwa berbuatlah sesuatu karena ikhlas kepada Allah Taala; (4) menggambarkan bahwa berdoa merupakan suatu solusi beragam masalah dalam kehidupan kita.

Syair-syair karya Cikgu MAN 1 Bengkalis ini padat nasihat. Semuanya bermuara pada kebesaran Allah Taala. Cikgu ini terkesan sangat terampil meneroka syair-syair dengan diksi-diksi ke-Melayu-annya. Memahami makna syair-syair ini, kita akan diberikan nasihat-nasihat yang ranggi. Semoga saja syair-syair terus berkembang di zaman modern. ***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 07 Syakban 1444 / 28 Februari 2023

Baca: (Kumpulan Puisi Kematian Setelah Hujan) Hujan Kenangan

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews