LAMANRIAU.COM, PEKANBARU – Untuk kali kelimanya, Institute for Southeats Asian Islamic Studies (ISAIS) UIN Sultan Syarif Kasim Riau menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan empat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) Wilayah Koordinasi Perguruan Tinggi Agama Islam (KOPERTAIS) Riau-Kepri.
FGD yang berlangsung di Melati Green Garden (MGG) Jalan Melati Pekanbaru ini, Sabtu 22 Mei 2021, menggandeng Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Luqman Edy, STAI Diniyyah Putri, STAI AL-Azhar, dan STIT Al-Kifayah Pekanbaru.
Kegiatan FGD dibuka oleh Direktur ISAIS UIN Suska Riau, Dr. Alimuddin Hassan. Menurut Bang Ali, penguatan moderasi beragama selama ini direspon oleh umat Islam dakam berbagai pandangan dan persepsi.
Pertama, bahwa selama ini umat Islam tidak ada gejolak, maka isu radikalisme atau moderasi yang diusung oleh pemerintah, justru menjadikan gejolak pemikiran dikalangan umat Islam.
“Oleh karena itu, ada dugaan dari sebagian kelompok umat Islam di UIN Suska Riau, justru karena adanya penguatan moderasi itu sendiri,” katanya.
Kedua, ada ungkapan dikalangan umat Islam bahwa “jangan ajari kami tentang moderasi”. Menurut mereka, Islam telah memuat banyak pesan tentang semangat moderasi. Bahkan Nabi Muhammad sendiri, telah mempraktikkan nilai-nilai moderasi beragama secara baik dalam sejarah.
“Sehingga mereka menganggap Islam sudah sempurna, sudah baik, maka tidak perlu lagi ada upaya untuk melakukan penguatan moderasi beragama,” lanjut Bang Ali.
Hadir sebagai narasumber dalam FGD ini adalah Drs. Dardiri, MA (ISAIS UIN Suska Riau); Bambang Hermanto, MA (UIN Suska Riau); Dr. Afik Budiawan, MH (Ketua STAI HM Lukman Edy); Dr. Hj. Misharti, M.Si (Anggota DPD RI dan Ketua STAI Al-Azhar); serta Taufik, MA (Ketua STAI Diniyah Putri).
Menurut Dardiri, menjadi warga Negara maka menjadi penting untuk umat Islam dengan menyeimbangkan antara Islam sekaligus sebagai warga Negara. Artinya, keislaman dan kebangsaan menjadi satu tarikan nafas untuk diaktualisasikan.
Dalam diskusi yang berlangsung, menunjukkan bahwa ada dinamika yang menarik dimana para peserta memiliki pemahaman yang cukup baik dalam melakukan moderasi beragama.
Menurut Bambang Hermanto, ketika Ali bin Abi Thalib ditanya kenapa pada masa kepemimpinannya terus terjadi konflik antar umat Islam, sementara pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khatab tidak? Ali bin Abi Thalib kemudian menjawab “Pada masa Umar dan Abu Bakar, rakyatnya baik-baik seperti aku, sementara pada masa ku (Ali) rakyat ku seperti kalian semua ini”.
“Artinya adalah terbangunnya sikap yang tidak menyinggung kekerasan menjadi penting untuk dibangun bersama,” kata Bambang.
Hal yang perlu diperhatikan bersama adalah pemahaman tentang pentingnya moderasi beragama dan pencegahan narasi anti kekerasan (ekstrimisme) adalah terus bahu membahu membangun sikap-sikap toleran dan narasi-narasi yang damai dan nyaman.
ISAIS UIN Sultan Syarif Kasim Riau sendiri aktif menyelenggarakan FGD untuk membangun narasi anti kekerasan di kampus.
Dardiri menyampaikan, pembelajaran yang bisa diambil dari program yang selama ini telah ISAIS lakukan di UIN Suska Riau, adalah perlunya pendampingan kepada kelompok vulnerable, mengembangkan dan menguatkan aktor-aktor kunci dan pemimpin lokal (Pendekatan Ekonomi Politik: Analisa Struktur, Aktor dan Kepentingan (interest)), dan penguatan diskusi-diskusi sebagai bentuk pendekatan kultural di Kampus.
Sedangkan isu-isu yang dicounter adalah pelemahan terhadap isu khilafah, pelemahan terhadap isu bahwa Negara adalah system Thaghut, anti perbedaan, dan anti kekerasan. ***