Panduan Kerja Muslim

Apabila kita kurang siasat//Itulah tanda pekerjaan hendak sesat/. (Gurindam Duabelas Raja Alihaji)

ISLAM merupakan agama yang amat memotivasi penganutnya untuk bekerja cermat, jujur, keras, tuntas, terarah dan cerdas. Para pengangguran dipandang hina karena merusak diri dan akan mendatangkan beban bagi orang lain. Orang yang kuat lebih dicintai Allah ketimbang orang-orang yang lemah. Adanya perintah untuk berzakat dan menunaikan ibadah haji merupakan pesan samar agar orang menjadi kaya. Di antara syarat memperoleh kekayaan adalah dengan bekerja keras, jelas dan tekun, bekerja tepat, bekerja cermat, bekerja terarah, bekerja tuntas dan bekerja cerdas.

Di antara etos kerja atau pedoman atau panduan beramal/ bekerja seorang muslim itu di antaranya adalah mesti; pertama, bekerja dalam rangka mengharap ridha Allah. Kedua, halal. Halal suatu pekerjaan tersebut, berproses secara halal, serta dibelanjakan kepada sesuatu yang halal dan bermanfaat. Ketiga, dilakukan secara sungguh-sungguh atau itqan. Keempat, bekerja dengan ilmu. Kelima, mesti bersabar. Keenam, bermanfaat bagi orang lain. Ketujuh, tawakkal atau secara total berserah diri kepada Allah Swt.

Setiap pekerjaan mesti diniatkan untuk ibadah. Sehingga rambu-rambu dalam bekerja sesuai dengan keinginan Ilahi. Selain memperoleh hasil untuk kehidupan dunia, juga akan menjadi tabungan bagi kehidupan akhirat kelak. Maka bekerja mesti didasari niat dan keikhlasan.

Wahai ananda dengarkan amanah/ bekerja keras janganlah lengah/ supaya hidupmu beroleh berkah/ dunia akhirat mendapat faedah. (Tunjuk Ajar Melayu Tenas Effendy)

Pekerjaan juga mesti berorientasi pada aspek halal. Artinya apapun pekerjaan tersebut adalah sesuatu yang baik dan halal dalam pandangan Ilahi. Dilarang berbisnis dalam pekerjaan pekerjaan yang bernuansa haram. Haram bidang usahanya, dan prilaku haram dalam menjalani usaha tersebut. Di antara contohnya adalah mencuri, menipu, atau berbisnis dalam sesuatu yang haram. Allah halalkan jual beli Allah haramkan riba.

Kesungguhan merupakan etos kerja muslim yang amat penting. Kesungguhan untuk bekerja sebaik dan sesempurna-sempurnanya merupakan metode yang amat penting dalam bekerja. Dalam istilah agama dikenal dengan itqan. “Sesungguhnya Allah Swt menyukai pekerjaan-pekerjaan yang tinggi dan mulia, dan tidak menyukai perkara-perkara yang rendah atau remeh-temeh.” Demikian disampaikan Nabi Muhammad Saw. Dalam hadits lain yang diriwayatkan at-Thabrani disebutkan juga,”Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang melakukan pekerjaan yang dilaksanakan secara itqan (dengan kemampuan yang paling baik).” Dalam Alquran, Allah Swt berfirman, “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS al-Insyirah [94]: 7).

Pada itqan juga terkandung sikap disiplin dan dengan manajemen yang sempurna. Tanpa manajemen yang baik dan sikap disiplin yang tinggi, hasil pekerjaan tidak akan maksimal dan sempurna.

Dalam itqan juga dibarengi dengan ilmu. Pekerjaan akan sempurna jika diiringi dengan ilmu yang benar tentang pekerjaan tersebut. Sabda Nabi Muhammad Saw, “Apabila suatu pekerjaan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat-saat kehancurannya.”

Pekerjaan itu akan menuai sukses juga debarengi dengan kesabaran. Orang yang sabar dalam berbagai kesulitan ketika bekerja akan mendapat pertolongan dari Allah Swt. Apapun bentuk profesi akan menemukan ujian, tantangan dan hambatan. Maka  bersabar menjadi salah satu solusi menghadapi berbagai rintangan tersebut. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS al-Insyirah [94]: 5-6).

Selain hal-hal di atas, etos kerja muslim juga bahwa konsekwensi hasil kerja bukan hanya untuk kepentingan pribadi akan tetapi juga untuk orang banyak. Nilai ini diajarkan melalui konsep zakat. Artinya, apapun hasil dari pekerjaan mesti juga memberi manfaat bagi masyarakat banyak.

Setelah semua usaha telah dilakukan sesuai dengan enam nilai di atas maka tawakkal kepada Allah menjadi penguat dan penyempurna agar memperoleh keberkahan dunia dan akhirat. Bukankah Allah pemilik segala gudang rezeki? Pernahkah tuan dan puan mendengar gudang Allah Swt terbakar? Tentu tidak, dan sungguh tidak. Berdoa dan berserahlah kepada-Nya.

Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS al-Jumu’ah [62]:10).

Wallahu a’lam. ***

Baca: Esensi ‘Eid al-Fitr

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *