Tubuh dan Kepemimpinan (2)

SEORANG pemimpin atau pejabat publik harus banyak jaga. Ungkapan banyak jaga ini mengandung berbagai maksud, di antaranya; seorang pemimpin sejatinya memang banyak menjaga. Apa yang dijaga? Menjaga amanah yang diembannya, menjaga tujuan kepemimpinannya, menjaga prilakunya, menjaga hati dan perasaan rakyatnya, menjaga agar tidak terjadi perpecahan dalam masyarakat atau anggota organisasi yang dipimpinnya, menjaga stabilitas keamanan, ekonomi, budaya, dan praktek keagamaan mereka.

Kata jaga juga dapat dimaknai secara harfiah, yaitu sering berjaga di malam hari atau kurang tidur. Itu dilakukan bukan karena khawatir atau takut hilang jabatan dan kekuasaannya. Tapi dilakukan agar dapat berpikir jernih dan obyektif ketika menghadapi berbagai permasalahan yang muncul di tengah masyarakat. Bukankah pada waktu malam sunyi, manusia dapat mendengar kata hatinya yang paling dalam, dan dapat berpikir dengan jernih?

Kata jaga itu juga dapat dimaksudkan, seorang pemimpin selalu menjaga masyarakatnya dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan serangan dari musuh-musuhnya. Musuh utama dari masyarakat atau rakyat adalah kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan perpecahan.

Seorang pemimpin mesti berlapang dada. Maksudnya ia penyabar dan berhati luas. Tak mudah terprovokasi. Tidak pendendam. Ilmu itu konon ada di dalam dada manusia. Pepatah Arab menyebutkan; al-‘ilmu fi al-shudur; ilmu itu maujud dalam dada. Artinya seorang pemimpin mesti memiliki ilmu yang luas dan dalam. Kalau ia mempunyai ilmu pengetahuan yang luas dan dalam, maka ia tidak akan galau dan resah ketika menghadapi berbagai persoalan. Ia tidak akan gagap dan gugup ketika memimpin banyak orang yang tentu memiliki sesuatu yang amat beragam, baik pengetahuan, pengalaman dan latar belakang pendidikan, suku, budaya serta agama. Kata sayyidina Ali: ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjagamu sedangkan engkau menjaga harta.

Dengan ilmu pengetahuan dan wawasannya yang dalam dan luas, seorang pemimpin akan selalu tenang dan nyaman ketika menghadapi kelompok mana saja. Ilmu yang akan menjaganya. Ilmu yang akan membentenginya dari berbagai bentuk kejahatan dan tipu muslihat yang datang dan berbagai penjuru, termasuk dari masyarakat yang dipimpinnya.

Saking pentingnya ilmu pengetahuan sebagai perangkat sukses menjadi pemimpin, maka sebelum Adam diangkat menjadi khalifah (pemimpin) di dunia (khalifah fi al-ardh), terlebih dahulu diajari Tuhan ilmu pengetahuan. Dan Ia telah mengajarkan nabi Adam akan segala nama-nama benda dan gunanya, kemudian ditunjukkannya kepada malaikat lalu Dia berfirman: “Terangkanlah kepada-Ku nama-nama benda ini semuanya jika kamu golongan yang benar”. (Q.S. 3: 31).

Bahkan manusia-manusia super, yaitu para nabi dan rasul Tuhan pun hanya mewariskan ilmu pengetahuan. Artinya kekayaan yang paling berharga yang mereka miliki adalah ilmu pengetahuan. Sesungguhnya para ulama merupakan pewaris para nabi, dan para nabi tidak diwarisi dinar atau dirham tetapi mereka mewarisi ilmu pengetahuan. Maka siapa yang mengambil warisan tersebut, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.  (HR Abu Daud)

Seorang pemimpin juga jangan banyak tidur. Artinya ia mesti bekerja keras, jangan malas-malasan, jangan asyik berpangku tangan dan melagak kian kemari,. Tidak boleh lalai. Ia mesti seorang yang kreatif, inovatif, cerdas dan berwawasan dan berpandangan jauh ke depan (visioner).

Manusia punya tangan. Tangan ini dapat menjadi symbol kekuasaan dan kekuatan. Seorang pemimpin mesti berkuasa. Ia mesti mampu menguasai dirinya. Mampu berkuasa atas dorongan dan bisikan jahat yang datang dari dalam dirinya dan di luar dirinya. Bukan ingin menguasai orang lain dengan cara yang tidak bijak atau diktator. Bukan melakukan sesuatu dengan semena-mena. Pemimpin yang baik bukan seorang penguasa tapi pemimpin, pembimbing, penunjuk arah, pelindung, penuntun dalam kehidupan yang dipimpinnya.

Tangan berfungsi bukan hanya untuk menggenggam, memukul, menunjuk, meninju dan mengepalkan ke langit. Bukan hanya untuk menguasai dan memiliki sesuatu. Tangan juga berfungsi menadah, artinya meminta ide, gagasan, sumbang saran dan nasehat kepada orang lain.

Jangan malu dan rendah diri jika dinasehati oleh rakyat dan para bijak bestari. Jangan malu minta nasehat. Yang malu itu kalau meminta materi kepada manusia. Jangan alergi dengan kritik. Kepemimpinan tanpa kritik bagaikan laut tanpa gelombang. Apakah laut itu indah tanpa gelombang? Apakah laut itu mempesona tanpa ombak?

Kata tangan juga bermaksud agar ketika jadi pemimpin, ulurkan tanganmu, ulurkan kasih dan tanda cintamu kepada rakyat. Tangan berfungsi untuk memberi. Seorang pemimpin juga mesti punya banyak tangan. Dalam arti; berikan sesuatu yang berharga untuk menyelamatkan orang banyak. Bukan hanya untuk orang-orang tertentu yang barangkali disukai dan disenangi sang pemimpin saja. Bukan untuk keluarga dan kelompoknya sahaja. Perbanyak tangan, perbanyak memberi bantuan dan santunan tanpa pilih kasih, dan pilah sayang.

Orang yang memberi adalah kaya. Kalau tidak kaya, bagaimana akan dapat memberi dan membantu? Lalu apa yang dimaksud kaya di sini? Seorang pemimpin mesti kaya hati. Kalau seseorang kaya hatinya maka ia akan mudah tersentuh melihat dan merasakan penderitaan orang lain. (Bersambung…)

Baca : Tubuh dan Kepemimpinan (1)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *