LAMANRIAU.COM, TELUKKUANTAN – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) menyambut positif kehadiran komunitas bonsai di daerah itu. Pasalnya, multiplier effect dari pada bonsai ini banyak, untuk membangkitkan ekonomi.
Hal ini dikatakan Kepala DLH Kuansing Deflides Gusni SP MSi saat menerima audiensi Komunitas Bonsai Fajar Menyingsing (KBFM) Desa Sumber Jaya, Kecamatan Singingi Hilir, Rabu 4 Januari 2023 di ruang kerjanya.
Dalam kesempatan ini Ketua KBFM Dedi Hermanto memperkenalkan para pengurus FKBM, sekaligus menyampaikan maksud mereka yang akan menggelar kegiatan semacam pameran bonsai pada 17-19 Februari mendatang. Kegiatan ini diberi nama Jemur Bonsai.
Saat ini, kata Dedi, sudah ada sekitar sepuluh komunitas bonsai di Kabupaten Kuansing yang beranggotakan lebih kurang 300 pebonsai. Di antaranya Komunitas Kebundes di Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Komunitas Kontras di Kecamatan Singingi, Komunitas Pencinta Bonsai di Kecamatan Kuantan Tengah, serta KBFM sendiri di Kecamatan Singingi Hilir.
Ketua Panitia Pelaksana Jemur Bonsai, Suhada menjelaskan, pada kegiatan ini nanti pihaknya akan menyediakan stand-stand untuk tiap peserta. Dengan adanya stand-stand ini diharapkan nantinya akan terjadi transaksi atau jual beli bahan untuk tanaman bonsai ini.
Pihaknya juga, menurut Suhada, akan menghadirkan para pengrajin pot. Termasuk yang menghasilkan media untuk pot. Pupuknya juga, baik pupuk padat maupun cair.
Setakat ini, kata Suhada, sudah ada tujuh komunitas bonsai di luar Kuansing yang menyatakan untuk ikut pada acara Jemur Bonsai ini. Di antaranya dari Inhu, Inhil dan Kampar.
Kepala DLH Deflides Gusni menilai antusiasme masyarakat Kuansing untuk menekuni tanaman bonsai ini cukup tinggi, khususnya di daerah-daerah eks trans.
Dikatakan Deflides, multiplayer effect dari pada bonsai ini banyak, untuk membangkitkan ekonomi. Pertama dari jual beli bonsainya. Kedua, sarana prasarana memproduksi bonsai ini juga merupakan ajang bisnis. Mulai dari peralatannya seperti kabelnya yang khusus, gunting spesial, kerokannya, gergajinya, sampai media tanamnya.
Media tanam itu ada pupuk organiknya, ada pupuk buatannya juga, ada pasir malangnya juga, tergantung karakter tanaman itu dia habitatnya seperti apa, dipenuhi habitatnya, dalam pot itu.
“Kalau tidak dipenuhi, sama dengan yang di alam, dia tidak akan menjadi,” ujar Deflides.
Kira-kira ujung akhirnya nanti, di samping hobi tersalurkan, multiplayer effect-nya bisa meningkatkan kesejahteraan juga bagi yang memproduksi bonsai atau bisnis ikutan lainnya juga.
“Nah, kebetulan kawan-kawan dari KBFM ini ingin melaksanakan kegiatan Jemur Bonsai Februari mendatang,” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan ini Deflides berharap dapat kembali membangkitkan motivasi pencinta, penggemar dan komunitas bonsai ini supaya mereka kembali termotivasi untuk bagaimana bonsai-bonsai mereka ini dirawat dengan baik. Kemudian dampak dari semua agenda yang dilaksanakan ini adalah dalam rangka memastikan bonsai-bonsai ini, pencinta bonsai, petani bonsai ini, terjadilah transaksi ekonomi, terjadi jual beli. Muaranya adalah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya yang memproduksi bonsai. Dengan meningkatnya pendapatan, sudah barang tentu kesejahteraan akan meningkat.
“Jadi teman-teman ini datang sekarang ke kantor, ya mungkin terkait dengan minta juga saran dari kami mungkin selaku DLH, gimana baiknya mengemasnya,” pungkas mantan Camat Singingi ini.***