Puisi Karya Nik Mansour Nik Halim – Darah Dari Hutan

Nik Mansour Nik Halim

DARAH DARI HUTAN

Oleh Nik Mansour Nik Halim

Siapa merampok hutan kami?
Siapa menjerat gajah kami?
Siapa mencuri padi-padi kami?
Siapa ambil semua milik kami?

Hujan musim panas di hutan keramat.
Saat bergegas, berseri sepanjang malam.
Angin marah. Menggeram keras.
Gemerisik di bawah dedaunan hijau.
Saat chao bergemuruh memiringkan cabang-cabang kuno

Kampung kami masih damai
menyambut hari-hari cerah

Aku mendengar. Dulu kala, kampung kami
dikelilingi beribu corak, warna-warni alam.
Aliran air bergemericik, biru.
Jutaan sayap mengepak-ngepak berkibar.
Setiap kawanan hewan liar bermain
bebas ke sana kemari.

Kampung kami bersembunyi
di bawah dedaunan hijau.

Matahari datang lebih awal
bila hujan tidak datang ke bumi
Hutan keramat senantiasa tabur rezeki
sepanjang tahun walau musim berganti

Orang-orang Radhe pergi ke hutan
untuk menanam padi
Orang-orang Radhe pergi ke hutan
untuk menjebak binatang liar

Tiba-tiba aku menutup mata.
Menerawang jauh:

tentang hijau hutan yang sejuk,
tentang kampung Radhe masa lalu
Aku terkejut. Mata terbuka: kenyataan
sangat menyakitkan. Pojok hutan hijau
Inert kering di bawah sinar matahari
yang menuangkan api

Di mana binatang buas itu?
Siang hari biasanya kembali ke sungai.
Di mana burung-burung langit?
Kini hanya langit merah yang tersisa.

Orang-orang tua terkulai
gajah-gajah berdiri lunglai

Lihatlah, asap hitam naik dari jauh
Orang-orang membakar tunggul
Lihatlah, asap putih naik ke langit
Orang-orang mengoperasikan pabrik
Tanah basal gundul dan berdarah
Langit merah darah.

Batang-batang pohon berkonvoi di jalan
Roda menyeret darah seperti basal
Gulingkan ke seluruh jalanan negara
Katanya, ini adalah perdagangan

Kami lapar. Kampung kami mati kering.
Orang-orang kampung banjiri jalan kota.
Cari makan, cari pakaian.

Langit merah berubah abu-abu gelap.
Badai bergegas, bertiup kencang.
Menyapu bukit dan gunung-gunung
Dari pohon-pohon hutan yang tersisa
air mengalir deras. Air-air terjun. Sungai
banjir. Meluap.

Siapa masih ada, siapa yang hilang?
Tidak siapa pun tahu.
Yang tahu hanya air banjir menyatu
dengan basal Merah terang.
Seperti warna darah!

Chau Doc – Vietnam, 2019

Nik Mansour Nik Halim, lahir di Chau Doc, Vietnam Selatan. Belajar dari Hong Bang University, Ho Chi Minh City. Sebagai penulis dan kajian tentang sejarah dan budaya Melayu Champa. Nik Mansour selalu mendapat undangan dan menghadiri acara-acara budaya Melayu serantau Asia Tenggara. Terutama di Malaysia dan Pattani serta kawasan Thailand Selatan lainnya. Sebagai seniman budayawan Melayu Champa, selain diminta mendedahkan sejarah dan riwayat bangsa negeri leluhurnya, tidak jarang pula Ia diminta tampil mempersembahkan seni atau lagu-lagu asli Melayu Champa. Champa sendiri adalah sebuah Kemaharajaan Melayu yang terletak di Vietnam Selatan sekarang. Menurut catatan mereka yang mengislamkan Kerajaan Majapahit itu adalah ulama dari Champa lewat peran Darawati atau istri Brawijaya, raja terakhir Majapahit. Darawati sendiri putri Melayu Champa yang dipersunting oleh Brawijaya.*

Baca : Puisi Karya Mosthamir Thalib – Avicennia

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *