Waspadai Ancaman Bencana Hidrometeorologi

Hidrometeorologi
Banjir sering terjadi di Pekanbaru karena tersumbatnya aliran air akibat curah hujan tinggi.

LAMANRIAU.COM, JAKARTA – Indonesia masih berperang melawan pandemi virus corona yang terus mencatatkan banyak korban. Belum selesai dengan bencana non alam, negeri ini kembali terancam hantaman bencana hidrometeorologi dalam waktu dekat.

Baca : Waspada La Nina, Curah Hujan Lebih Lebat dari Biasanya

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan agar warga waspada. Bencana hidrometeorologi perkiraan terjadi sepanjang Desember 2020 hingga Februari 2021. Hidrometeorologi adalah bencana sebagai akibat aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan.

Dampak La Nina

Bencana yang terkait dengan dampak curah hujan tinggi ini terjadi akibat perpaduan musim hujan dan fenomena La Nina. Adapun bentuk bencana hidrometeorologi berupa kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, hingga gelombang panas.

Penyebab utamanya adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Menurut Ilmu Geografi, Indonesia sering mengalami perubahan cuaca ataupun iklim secara mendadak dan ekstrem. Perubahan ekstrem tersebut berujung pada bencana hidrometeorologi.

Sementara itu, Konservasi DAS Univeristas Gajah Mada menyebutkan, bencana hidrometeorologi Indonesia turut dipengaruhi oleh fenomena La Nina dan El Nino. La Nina berpengaruh terhadap curah hujan tinggi yang menyebabkan kota dan daerah tidak memiliki resapan bagus akan terkena banjir.

Sebaliknya El Nino berpengaruh terhadap kekeringan. Adanya angin ini membuat curah hujan sekitar Indonesia menjadi berkurang dan terkadang menyebabkan kekeringan panjang.

Memasuki bulan Desember, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo telah meminta seluruh kepala daerah untuk bersiaga dalam pola mitigasi. BMKG sendiri telah memprediksi 30 dari 34 provinsi Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem dan hujan dengan intensitas lebat beserta kilat dan angin kencang.

”Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen atas normalnya,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, Jumat 4 Desember 2020. “Namun demikian dampak La Nina tidak seragam pada seluruh Indonesia.”

Sebagai informasi, 30 provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu. Kemudian Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan dan Lampung. Lalu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Termasuk Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selanjutnya Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua. (WK)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *